Rabu, 25 April 2018


PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE 
MAKE A MATCH TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN SISWA 
DALAM PELAJARAN IPA KELAS II MIN 16 PIHAUNG 
TAHUN PELAJARAN 2017/2018



Dosen Pengampu :
Ulpa Hidayati, S.Pd.

Disusun oleh :
YUNITA
      

SEKOLAH TINGGI ILMU AL QURAN AMUNTAI
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
TAHUN AKADEMIK 2017/2018








A.        Latar Belakang
Era globalisasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkialitas harus didukung dengan adanya pendidikan yang baik. Keberhasilan program pendidikan melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah tentu dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya yaitu siswa, kurikulum, guru, biaya, sarana prasarana serta faktor lingkungan.
Guru memegang peranan yang penting dalam proses belajar mengajar, baik dalam merencanakan maupun melaksanakan pembelajaran. Kualitas guru menjadi salah satu faktor keberhasilan siswa. Keberhasilan belajar mengajar dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil. Dari segi proses, guru dapat dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan berhasi apabila pembelajaran yang diberikannya mampu mengubah perilaku sebagian besar siswa ke arah penguasaan kompetensi dasar yang baik.
Dari paparan di atas dijelaskan bahwa dari segi proses, guru dapat dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Ini adalah salah satu masalah yang dihadapi guru, karena siswa mempunyai latar belakang yang berbeda-beda ada yang aktif dan ada juga siswa yang tidak aktif, bahkan bisa juga dikatakan pasif. Apalagi pada pelajaran-pelajaran yang membutuhkan konsentrasi tinggi.
Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu mata pelajaran yang membutuhkan konsentrasi tinggi karena pada mata pelajaran ini, siswa belajar tentang sesuatu yang terjadi pada masa lampau.
Salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman siswa, guru harus menerapkan model dan media pembelajaran yang menarik. Dengan model dan media yang tepat, suatu pesan pembelajaran akan dapat berproses secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar kearah yang dicapai. Salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif metode make a match dengan media kartu.
B.         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian Ini adalah:
1.       Adakah pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make a match terhadap pemahaman siswa dalam pelajaran IPA kelas II MIN 16 Pihaung tahun pelajaran 2017/2018?
C.         Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1.       Mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make a match terhadap pemahaman siswa dalam pelajaran IPA kelas II MIN 16 Pihaung tahun pelajaran 2017/2018.
D.        Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak, adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1.       Bagi siswa
a.       Mendorong keberanian siswa dalam menyampaikan pendapatnya/ informasi kepada orang lain.
b.      Meningkatkan pemahaman siswa dalam pelajaran IPA.
c.       Sebagai variasai belajar siswa untuk lebih mudah memahami materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
2.       Bagi guru
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan guru secara bertahap dapat mengetahui model pembelajaran di kelas sehingga permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran dapat teratasi. Di samping itu sangat membantu bagi perbaikan pembelajaran serta profesionalisme guru yang bersangkutan.
3.       Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah terutama dalam rangka memperbaiki pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.
4.       Bagi STIQ RAKHA Amuntai
Sebagai alternatif pemikiran dalam mengembangkan keilmuan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran.
5.       Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam pengembangan wawasan ilmu pengetahuan serta dapat menyikapi secara profesional kondisi nyata di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 16 Pihaung.
E.         Definisi Operasional
Untuk menghindari kekeliruan penulisan terhadap penelitian ini, maka penulis menganggap perlu diberikan definisi operasional sebagai berikut:
1.         Pengaruh
2.         Model pembelajaran
model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.
3.         Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok, termasuk kelompok yang diarahkan oleh seorang guru.
4.         Metode make a match
Metode make a match artinya metode pembelajaran mencari pasangan, yang dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun1994. Salah satu keunggulan metode ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan
5.         Prestasi belajar
prestasi belajar adalah sebuah hasil yang didapatkan dari kegiatan belajar, yang dapat mengubah diri seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu.
6.         Pembelajaran sejarah kebudayaan Islam
Sejarah kebudayaan Islam adalah mata pelajaran yang diajarkan di MIN 4 Pihaung , disini peneliti mengambil mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam kelas IV tentang silsilah Ali bin Abi Thalib.
F.         Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan uraian singkat tentang hasil penelitian terdahulu yang dilakukan para mahasiswa yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, penulis belum menemukan topik penelitian yang sama dengan topik penelitian yang ingin penulis lakukan. Namun ada penelitian yang memiliki kemiripan, yaitu:
Skripsi yang ditulis oleh Watingah (2014) Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negreri Purwokerto dengan judul “Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasa Ibtidaiyah Muhamadiyah Kembaran Wetan Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga” bahwa Subyek dalam penelitian ini adalah guru kelas VI di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kembaran Wetan Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga.Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data dikumpulkan, data-data tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif deskriptif dengan menggunakan tiga langkah yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis metode yang digunakan adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode penugasan atau resitasi, metodegallery walk dan metode mind mapping. Selain itu, guru juga menerapkan kombinasi dari beberapa metode dalam sebuah proses pembelajaran. Tujuan menggabungkan beberapa metode tersebut adalah untuk menghindari terjadinya kebosanan pada peserta didik sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan mudah dipahami oleh peserta didik.
Skripsi yang ditulis oleh Komsiatin (2013) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung dengan judul “Penerapan Model Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Arab pada Siswa Kelas IV MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung” bahwa subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV. Penelitian ini mengunakan penelitian tidakan kelas (Class Action Research) sebanyak dua siklus, untuk memperoleh data yang akurat maka mengumpulkan data dengan tes, wawancara, observasi, cattan lapangan dan dokomentasi.  Hasil penelitian yang digunakan dengan menerapkan model make a match, menunjukan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik mulai pre test, post tes siklus I, sampai post tes siklus II. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata nilai peserta didik 44,11 (pre test), meningkat menjadi 73,52 (post test siklus I), dan meningkat lagi menjadi 97% (post test siklus II). Dengan demikian, membuktikan bahwa penerapan model make a match meningkatkan hasil belajar bahasa Arab peserta didik kelas IV MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung.
Skripsi Yang Ditulis Oleh Ika Sri Wahyuni (2016)  Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya  Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan  Jurusan Tarbiyah Program Studi  Pendidikan Agama Islam dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas VIIIB MTs Muslimat NU Palangka Raya” bahwa subjek dalam penelitian ini 1 orang guru Sejarah Kebudayaan Islam. Sedangkan sebagai informasinya adalah 10 orang dari 40 siswa di kelas VIIIB di MTs Muslimat NU. Tehnik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokomentasi. Analisis data melalui beberapa tahapan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) Penerapan model pembelajaran Snowball Throwing pada materi perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah di kelas VIIIB MTs Muslimat NU sudah terlaksana dengan baik, meliputi tahap persiapan, langkah-langkah dan penerapan sesuai RPP dalam penerapan model pembelajaran Snowball Throwing. b) Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing ialah meningkat dan sangat membantu dalam proses pembelajaran, hasilnya dapat dilihat dari aspek kognitif siswa. Hasil analisis penelitian, bahwa penerapan model pembelajaran Snowball Throwing adalah sudah terlaksana dengan baik dan hasil belajar siswa meningkat hal ini dapat dilihat dari aspek kognitif siswa.
  1. Kajian Teori
1.       Model Pembelajaran Kooperatif Metode Make A Match
a.       Pengertian model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.[1] Sedangkan menurut Istarani model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.[2]
Jadi, model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif learning adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok, termasuk kelompok yang diarahkan oleh seorang guru[3]. Disini siswa melalui kelompok kecil diarahkan untuk saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.[4]
 Jadi, dalam pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk aktif dan saling bekerja sama. Disini guru harus dapat mengarahkan pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajarn.
b.      Pengertian metode Make a Match
Metode make a match artinya metode pembelajaran mencari pasangan, yang dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun1994. Salah satu keunggulan metode ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.[5]
Jadi, metode make a match merupakan pembelajaran dari kartu-kartu yang di dalamnya ada katu pertanyaan dan ada kartu jawaban. Dengan metode ini mampu membuat siswa lebih aktif, dan di sini guru sebagai fasilitator yaitu mengarahkan dan memudahkan siswa dalam menggapai pembelajaran.
c.       Persiapan pembelajaran metode make a match
 Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran menggunakan metode make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lain berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Persiapan yang harus dilakukan antara lain:
1)      Membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan tujuan materi yang dipelajari (jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran) kemudian menulisnya dalam kartu-kartu pertanyaan
2)      Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dan menulisnya dalam kartu-kartu jawaban. Akan lebih baik jika kartu pertanyaan dan kartu jawaban berbeda warnanya.
3)      Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil dan sanksi bagi siswa yang gagal (di sini, guru dapat membuat aturan ini bersama-sama dengan siswa).
4)      Menyediakan lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang berhasil sekaligus untuk penskoran presentasi.
d.      Langkah-langkah metode pembelajaran make a match
Adapun langkah-langkah metode pembelajaran make a match sebagai berikut:
1)      Guru membagi siswa di kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga adalah kelompok penilai.
2)      Aturlah posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk U (bisa dikreasikan, ini hanya saran). Upayakan kelompok pertama dan kelompok kedua berjajar saling berhadapan.
3)      Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari pasangan pertayaan-jawaban yang cocok dengan batas waktu yang ditentukan. Berikan kesempatan bagi mereka untuk berdiskusi. Ketika  berdiskusi, alangkah baiknya jika ada musik intrumental (hanya saran) yang mengiringi aktifitas belajar mereka.
4)      Hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara anggota kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban.
5)      Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok penilai kemudian membacakan apakah pasangan pertanyaan-jawaban itu cocok atau tidak. Dalam hal ini ada 2 (dua) kemungkinan jawaban, karena kelompok penilai belum tentu benar dalam menilai. Disinilah peran guru sebagai fasilitator untuk meluruskan.
6)      Pada sesi kedua, aturlah kelompok sedemikian rupa sehingga terjadi pergantian posisi kelompok penilai, kelompok pembawa kartu soal dan kelompok pembawa jawaban.
7)      Ulangi kembali langkah b-e sehingga dirasa sudah merata untuk seluruh siswa.
8)                      Guru memberikan penjelasan mengenai pertanyaan dan jawaban yang benar.[6]
e.                   Kelebihan dan kelemahan metode make a match
Metode pembelajaran make a match mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya yaitu;
1)      Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik.
2)      Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan.
3)      Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
4)      Efektif sebagai melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi.
5)                      Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.[7]
Adapun kelemahannya metode pembelajaran make a match adalah;
1)      Jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang.
2)      Jika guru tidak mengontrol siswa dengan baik maka keadaan kelas akan ribut (bagi kelas yang muridnya lebih dari 30 orang).
3)      Guru harus bisa mengontrol waktu, jangan sampai murid ebih banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.
4)      Guru harus bijaksana dalam memberikan hukuman kepada murid.
5)                      Menggunakan metode ini secara terus-menerus akan menimbulkan kebosanan.[8]
Jadi, dalam menggunakan metode make a match ada kelebihan dan ada pula kelemahannnya. Untuk mengatasi kelemahan dalam metode make a match guru diharuskan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dalam setiap pembelajaran.
2.       Prestasi Belajar
a.       Pengertian prestasi belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu kata “prestasi” dan “belajar”. Maka dari itu kita uraikan terlebih dahulu makna “prestasi” dan “belajar”. Prestasi adalah suatu hasil dari kegiatan yang telah dikerjakan atau diciptakan baik secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan didapatkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.[9] Belajar adalah sebuah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas belajar.[10] Jadi, prestasi belajar adalah sebuah hasil yang didapatkan dari kegiatan belajar.
Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono prestasi belajar siswa adalah hasil dari berbagai upaya dan daya yang tercermin dari partisipasi belajar yang dilakukan siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang disampaikan oleh guru[11].
b.      Fungsi prestasi belajar
1)      Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahua yang telah dikuasai peserta didik.
2)       Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi menyebutnya sebagai “tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”.
3)      Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalm inivasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserrta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik daam meningkatkan mutu pendidikan.
4)      Prestasi belajar sebagai indicator internal dan eksternal dari suatu intitusi pendidikan. Indikator tingkat produktvitas suatu intitusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat .
5)          Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didilklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.[12]
3.       Sejarah Kebudayaan Islam
1.       Pengertian sejarah kebudayaan Islam
Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut tarih, yang menurut bahasa berarti ketentuan masa. Sedangkan menurut istilah berarti keterangan yang telah terjadi dikalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa yang masih ada.[13]
Kebudayaan adalah hasil budidaya manusia dalam kehidupan bersama dalam suatu ruang dan waktu, yang kemudian diwariskan kepada generasi mudanya untuk dikembangkan lebih lanjut dari generasi ke generasi.[14]
Jadi, sejarah kebudayaan Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia Muslim dari generasi ke generasi. Sedangkan Sejarah Kebudayaan Islam yang diajarkan di sekolah-sekolah saat ini adalah sejarah masyarakat Arab Pra-Islam, riwayat hidup Rasulullah SAW, sahabat-sahabat dan imam-imam masyhur yang telah menyumbangkan ilmunya terhadap perkembangan Islam.
2.       Tujuan Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
a.       Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
b.      Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan
c.        Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
d.      Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
e.       Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.[15]
3.       Ruang Lingkup Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah
Ruang lingkup Mata Pelajaran Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:
a.        Sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW.
b.      Dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang meliputi kegigihan dan ketabahannya dalam berdakwah, kepribadian Nabi Muhammad SAW, hijrah Nabi Muhammad SAW ke Thaif, peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
c.       Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Yatsrib, keperwiraan Nabi Muhammad SAW, peristiwa Fathul Makkah, dan peristiwa akhir hayat Rasulullah SAW.
d.      Peristiwa-peristiwa pada masa khulafaurrasyidin.
e.       Sejarah perjuangan tokoh agama Islam di daerah masing-masing.
  1. Metode Penelitian
1.       Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang dapat menguji secara benar hipotesis yang menyakut hubungan sebab-akibat. Rancangan penelitian studi eksperimen ini diambil karena peneliti langsung berpartisipasi dalam proses penelitian, mulai dari awal sampai dengan berakhirnya penelitian. Peneliti juga mengajarkan mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tentang silsilah Ali bin Abi Thalib dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif metode make a match.
Adapun penelitian yang peneliti lakukan ini menggunakan penelitian eksperimen True-Eksperimental (Postest-Only Control Design), dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen. Dalam penelitian biasanya perlakuan (treatment) dianalisis dengan uji beda, pakai statistik t-test misalnya. Kalu terdapat perbedaan yang signifikan, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.

2.       Popolasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pihaung dari kelas I-VI yang berjumlah 400 orang siswa. Mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan waktu, biaya serta tenaga, maka penarikan sampel dilakukan secara acak. Sampel yang diambil dalam penelitian ini hanya kelas VI A dan VI B  Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pihaung yang berjumlah 28 siswa (kelas A 15 dan kelas B 13 siswa). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling kuota yaitu teknik penentuan sampel sudah betarget.
3.       Jenis dan Sumber Data
a.       Jenis data
Penelitian ini mengunakan dua data yaitu data kuantitatif dan kualitatif.
1)      Data kuantitatiif
Data kuantitatif adalah data hasil observasi atau pengukuran yang dinyatakan dalam angka-angka. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif berupa data yang menunjukkan angka dan yang berkaitan dengan permasalahan yang di teliti.
2)      Data kualitatif
Data kuantitatif adalah data dari hasil observasi atau pengukuran yang terdapat dalam sampel dan tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka. Data ini diperoleh hasil observasi dan dokomentasi dari pihak sekolah dan berupa kalimat meliputi pelaksanaan evaluasi.
b.      Sumber data
Sumber data penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Sumber primer adalah siswa-siswi kelas IV A dan IV B, yang menjadi subyek penelitian. Sedangkan sumber data sekunder adalah kepala sekolah, guru te
4.       Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan sebagaimana tersebut di atas diperoleh dengan metode:
a.       Metode observasi
Secara umum, observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yag dijadikan sasaran pengamatan.
Metode obsevasi dalam penelitian dipergunakan untuk mengadakan pengamatan secara langsung ke tempat lokasi penelitian, keadaan wilayah, letak geografis, keadaan sasaran dan prasarana serta kondisi pada saat proses pelaksanaan pembelajaran di Madrasah Ibtidaityah Negeri 4 Pihaung.
b.      Metode dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pihaung. Seperti keadaan guru, dan tenaga administrasi, keadaan siswa dan keadaan sarana dan prasarana.
c.       Metode tes
Metode tes digunakan untuk mengukur kemampuan individu siswa. Serta peningkatan nilai siswa sebelum dan sesudah mendapat perlakuan, pada kelas eksperimen. Jenis test yang diberikan kepada siswa berupa pilihan ganda sebanyak 20 soal. Tes diberikan pada akhir pembelajaran untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang baru saja disampaikan. Hasil dari tes ini akan dibandingkan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk dianalisis.
5.       Teknik Analisis Data
Terlebih dahulu
Langkah-langkah penelitian dalam SPSS
  1. Buka data excel
  1. Buka SPSS dan memberkan nama pada tabel editor
  1. Buka data excel ke data view
  1. Klik menu ANALYZE => NONPARAMETRIC => LEGACY DIALOGS SAMPLE K-S
Sehingga muncul gambar baru seperti berikut ini
  1. Pindahkan data “hasil belajar kelas VI A dan hasil belajar kelas VI b  ke kotak VARIABLESLIST yang ada di sebelah kanan dan pastikan kolom “NORMAL” sudah dicentang
  1. Klik OK
  2. Maka akan keluar output SPSS seperti gambar berikut
6.       Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah mengetahui secara keseluruhan isi dari skripsi ini maka disusun sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan, berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, tinjauan pustaka, kajian teori, metode penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab kedua adalah landasan teori yang digunakan sebagai landasan berfikir dan menganalisis data yang berisikan model pembelajaran kooperatif metode make a match (yang berisikan pengertian model pembelajaran kooperatif, metode make a match, persiapan pembelajaran metode make a match, langkah-langkah pembelajaran metode make a match, serta kelebihan dan kekurangan metode make a match), pengertian prestasi belajar, dan sejarah kebudayaan Islam (yang berisikan pengertian sejarah kebudayaan Islam, tujuan mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam, ruang lingkup mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah).
Bab ketiga adalah gambaran umum Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pihaung, yang berisikan sejarah berdiri Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pihaung, identitas madrasah, visi dan misi madrasah, tujuan madrasah, keadaan guru, administrasi, keadaan siswa, dan keadaan prasarana.
Bab keempat adalah merupakan bab khusus menganalisa data, serta akan menjawab dari permasalahan-permasalahan yang timbul dalam penelitian.
Bab kelima merupakan bab penutup yang berupa kesimpulan dan saran sebagai paparan akhir hasil penelitian.


[1] Agus Suprijono, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal 46
[2] Istarani, Model Pembelajaran Inovatif, (Medan: Media Pustaka, 2012), hal 58
[3] Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), hal. 62
[4] Agus Suprijono, Cooperatve Learning....hal. 94-96
[5] Anita Lie, Cooprative Learning Mempratikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang
Kelas, (Jakarta: Gramedia, 2005), hal. 55
[6] Agus Suprijono, Cooperative Learning..., hal. 94-96
[7] Miftahul Huda, model-model pengajaran dan pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka belajar, 2013), hal 253
[8] , pada tanggal 01 September 2017, jam 12:23
[9] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,(Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hal.20
[10] Saiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010), hal. 38
[11] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008), hal. 138
[12] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011), hal. 12
[13] Zuhairi, dkk.,Sejarah Pendiikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hal. 1
[14] Fadil SJ, Pasang Surut Peradapan Islam Dalam Lintasan Sejarah, (Malang: UIN-Malang, 2008), hal. 15
[15]Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah dengan Rahmat Tuhan yang Maha Esa, Menteri Agama Republik Indonesia

PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE MAKE A MATCH TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN IPA KELAS II MIN 16 PIHAUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Description: logo STIQ AMT.jpg

Dosen Pengampu :
Ulpa Hidayati, S.Pd.

Disusun oleh :
YUNITA

SEKOLAH TINGGI ILMU AL QURAN AMUNTAI
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
TAHUN AKADEMIK 2017/2018



A.        Latar Belakang
Era globalisasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkialitas harus didukung dengan adanya pendidikan yang baik. Keberhasilan program pendidikan melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah tentu dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya yaitu siswa, kurikulum, guru, biaya, sarana prasarana serta faktor lingkungan.
Guru memegang peranan yang penting dalam proses belajar mengajar, baik dalam merencanakan maupun melaksanakan pembelajaran. Kualitas guru menjadi salah satu faktor keberhasilan siswa. Keberhasilan belajar mengajar dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil. Dari segi proses, guru dapat dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan berhasi apabila pembelajaran yang diberikannya mampu mengubah perilaku sebagian besar siswa ke arah penguasaan kompetensi dasar yang baik.
Dari paparan di atas dijelaskan bahwa dari segi proses, guru dapat dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Ini adalah salah satu masalah yang dihadapi guru, karena siswa mempunyai latar belakang yang berbeda-beda ada yang aktif dan ada juga siswa yang tidak aktif, bahkan bisa juga dikatakan pasif. Apalagi pada pelajaran-pelajaran yang membutuhkan konsentrasi tinggi.
Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu mata pelajaran yang membutuhkan konsentrasi tinggi karena pada mata pelajaran ini, siswa belajar tentang sesuatu yang terjadi pada masa lampau.
Salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman siswa, guru harus menerapkan model dan media pembelajaran yang menarik. Dengan model dan media yang tepat, suatu pesan pembelajaran akan dapat berproses secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar kearah yang dicapai. Salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif metode make a match dengan media kartu.
B.         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian Ini adalah:
1.       Adakah pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make a match terhadap pemahaman siswa dalam pelajaran IPA kelas II MIN 16 Pihaung tahun pelajaran 2017/2018?
C.         Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1.       Mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make a match terhadap pemahaman siswa dalam pelajaran IPA kelas II MIN 16 Pihaung tahun pelajaran 2017/2018.
D.        Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak, adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1.       Bagi siswa
a.       Mendorong keberanian siswa dalam menyampaikan pendapatnya/ informasi kepada orang lain.
b.      Meningkatkan pemahaman siswa dalam pelajaran IPA.
c.       Sebagai variasai belajar siswa untuk lebih mudah memahami materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
2.       Bagi guru
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan guru secara bertahap dapat mengetahui model pembelajaran di kelas sehingga permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran dapat teratasi. Di samping itu sangat membantu bagi perbaikan pembelajaran serta profesionalisme guru yang bersangkutan.
3.       Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah terutama dalam rangka memperbaiki pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.
4.       Bagi STIQ RAKHA Amuntai
Sebagai alternatif pemikiran dalam mengembangkan keilmuan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran.
5.       Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam pengembangan wawasan ilmu pengetahuan serta dapat menyikapi secara profesional kondisi nyata di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 16 Pihaung.
E.         Definisi Operasional
Untuk menghindari kekeliruan penulisan terhadap penelitian ini, maka penulis menganggap perlu diberikan definisi operasional sebagai berikut:
1.         Pengaruh
2.         Model pembelajaran
model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.
3.         Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok, termasuk kelompok yang diarahkan oleh seorang guru.
4.         Metode make a match
Metode make a match artinya metode pembelajaran mencari pasangan, yang dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun1994. Salah satu keunggulan metode ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan
5.         Prestasi belajar
prestasi belajar adalah sebuah hasil yang didapatkan dari kegiatan belajar, yang dapat mengubah diri seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu.
6.         Pembelajaran sejarah kebudayaan Islam
Sejarah kebudayaan Islam adalah mata pelajaran yang diajarkan di MIN 4 Pihaung , disini peneliti mengambil mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam kelas IV tentang silsilah Ali bin Abi Thalib.
F.         Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan uraian singkat tentang hasil penelitian terdahulu yang dilakukan para mahasiswa yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, penulis belum menemukan topik penelitian yang sama dengan topik penelitian yang ingin penulis lakukan. Namun ada penelitian yang memiliki kemiripan, yaitu:
Skripsi yang ditulis oleh Watingah (2014) Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negreri Purwokerto dengan judul “Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasa Ibtidaiyah Muhamadiyah Kembaran Wetan Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga” bahwa Subyek dalam penelitian ini adalah guru kelas VI di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kembaran Wetan Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga.Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data dikumpulkan, data-data tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif deskriptif dengan menggunakan tiga langkah yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis metode yang digunakan adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode penugasan atau resitasi, metodegallery walk dan metode mind mapping. Selain itu, guru juga menerapkan kombinasi dari beberapa metode dalam sebuah proses pembelajaran. Tujuan menggabungkan beberapa metode tersebut adalah untuk menghindari terjadinya kebosanan pada peserta didik sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan mudah dipahami oleh peserta didik.
Skripsi yang ditulis oleh Komsiatin (2013) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung dengan judul “Penerapan Model Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Arab pada Siswa Kelas IV MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung” bahwa subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV. Penelitian ini mengunakan penelitian tidakan kelas (Class Action Research) sebanyak dua siklus, untuk memperoleh data yang akurat maka mengumpulkan data dengan tes, wawancara, observasi, cattan lapangan dan dokomentasi.  Hasil penelitian yang digunakan dengan menerapkan model make a match, menunjukan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik mulai pre test, post tes siklus I, sampai post tes siklus II. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata nilai peserta didik 44,11 (pre test), meningkat menjadi 73,52 (post test siklus I), dan meningkat lagi menjadi 97% (post test siklus II). Dengan demikian, membuktikan bahwa penerapan model make a match meningkatkan hasil belajar bahasa Arab peserta didik kelas IV MI Bendiljati Wetan Sumbergempol Tulungagung.
Skripsi Yang Ditulis Oleh Ika Sri Wahyuni (2016)  Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya  Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan  Jurusan Tarbiyah Program Studi  Pendidikan Agama Islam dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas VIIIB MTs Muslimat NU Palangka Raya” bahwa subjek dalam penelitian ini 1 orang guru Sejarah Kebudayaan Islam. Sedangkan sebagai informasinya adalah 10 orang dari 40 siswa di kelas VIIIB di MTs Muslimat NU. Tehnik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokomentasi. Analisis data melalui beberapa tahapan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) Penerapan model pembelajaran Snowball Throwing pada materi perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah di kelas VIIIB MTs Muslimat NU sudah terlaksana dengan baik, meliputi tahap persiapan, langkah-langkah dan penerapan sesuai RPP dalam penerapan model pembelajaran Snowball Throwing. b) Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing ialah meningkat dan sangat membantu dalam proses pembelajaran, hasilnya dapat dilihat dari aspek kognitif siswa. Hasil analisis penelitian, bahwa penerapan model pembelajaran Snowball Throwing adalah sudah terlaksana dengan baik dan hasil belajar siswa meningkat hal ini dapat dilihat dari aspek kognitif siswa.
  1. Kajian Teori
1.       Model Pembelajaran Kooperatif Metode Make A Match
a.       Pengertian model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.[1] Sedangkan menurut Istarani model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.[2]
Jadi, model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif learning adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok, termasuk kelompok yang diarahkan oleh seorang guru[3]. Disini siswa melalui kelompok kecil diarahkan untuk saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.[4]
 Jadi, dalam pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk aktif dan saling bekerja sama. Disini guru harus dapat mengarahkan pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajarn.
b.      Pengertian metode Make a Match
Metode make a match artinya metode pembelajaran mencari pasangan, yang dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun1994. Salah satu keunggulan metode ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.[5]
Jadi, metode make a match merupakan pembelajaran dari kartu-kartu yang di dalamnya ada katu pertanyaan dan ada kartu jawaban. Dengan metode ini mampu membuat siswa lebih aktif, dan di sini guru sebagai fasilitator yaitu mengarahkan dan memudahkan siswa dalam menggapai pembelajaran.
c.       Persiapan pembelajaran metode make a match
 Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran menggunakan metode make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lain berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Persiapan yang harus dilakukan antara lain:
1)      Membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan tujuan materi yang dipelajari (jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran) kemudian menulisnya dalam kartu-kartu pertanyaan
2)      Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dan menulisnya dalam kartu-kartu jawaban. Akan lebih baik jika kartu pertanyaan dan kartu jawaban berbeda warnanya.
3)      Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil dan sanksi bagi siswa yang gagal (di sini, guru dapat membuat aturan ini bersama-sama dengan siswa).
4)      Menyediakan lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang berhasil sekaligus untuk penskoran presentasi.
d.      Langkah-langkah metode pembelajaran make a match
Adapun langkah-langkah metode pembelajaran make a match sebagai berikut:
1)      Guru membagi siswa di kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga adalah kelompok penilai.
2)      Aturlah posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk U (bisa dikreasikan, ini hanya saran). Upayakan kelompok pertama dan kelompok kedua berjajar saling berhadapan.
3)      Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari pasangan pertayaan-jawaban yang cocok dengan batas waktu yang ditentukan. Berikan kesempatan bagi mereka untuk berdiskusi. Ketika  berdiskusi, alangkah baiknya jika ada musik intrumental (hanya saran) yang mengiringi aktifitas belajar mereka.
4)      Hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara anggota kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban.
5)      Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok penilai kemudian membacakan apakah pasangan pertanyaan-jawaban itu cocok atau tidak. Dalam hal ini ada 2 (dua) kemungkinan jawaban, karena kelompok penilai belum tentu benar dalam menilai. Disinilah peran guru sebagai fasilitator untuk meluruskan.
6)      Pada sesi kedua, aturlah kelompok sedemikian rupa sehingga terjadi pergantian posisi kelompok penilai, kelompok pembawa kartu soal dan kelompok pembawa jawaban.
7)      Ulangi kembali langkah b-e sehingga dirasa sudah merata untuk seluruh siswa.
8)                      Guru memberikan penjelasan mengenai pertanyaan dan jawaban yang benar.[6]
e.                   Kelebihan dan kelemahan metode make a match
Metode pembelajaran make a match mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya yaitu;
1)      Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik.
2)      Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan.
3)      Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
4)      Efektif sebagai melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi.
5)                      Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.[7]
Adapun kelemahannya metode pembelajaran make a match adalah;
1)      Jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang.
2)      Jika guru tidak mengontrol siswa dengan baik maka keadaan kelas akan ribut (bagi kelas yang muridnya lebih dari 30 orang).
3)      Guru harus bisa mengontrol waktu, jangan sampai murid ebih banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.
4)      Guru harus bijaksana dalam memberikan hukuman kepada murid.
5)                      Menggunakan metode ini secara terus-menerus akan menimbulkan kebosanan.[8]
Jadi, dalam menggunakan metode make a match ada kelebihan dan ada pula kelemahannnya. Untuk mengatasi kelemahan dalam metode make a match guru diharuskan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dalam setiap pembelajaran.
2.       Prestasi Belajar
a.       Pengertian prestasi belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu kata “prestasi” dan “belajar”. Maka dari itu kita uraikan terlebih dahulu makna “prestasi” dan “belajar”. Prestasi adalah suatu hasil dari kegiatan yang telah dikerjakan atau diciptakan baik secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan didapatkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.[9] Belajar adalah sebuah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas belajar.[10] Jadi, prestasi belajar adalah sebuah hasil yang didapatkan dari kegiatan belajar.
Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono prestasi belajar siswa adalah hasil dari berbagai upaya dan daya yang tercermin dari partisipasi belajar yang dilakukan siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang disampaikan oleh guru[11].
b.      Fungsi prestasi belajar
1)      Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahua yang telah dikuasai peserta didik.
2)       Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi menyebutnya sebagai “tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”.
3)      Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalm inivasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserrta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik daam meningkatkan mutu pendidikan.
4)      Prestasi belajar sebagai indicator internal dan eksternal dari suatu intitusi pendidikan. Indikator tingkat produktvitas suatu intitusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat .
5)          Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didilklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.[12]
3.       Sejarah Kebudayaan Islam
1.       Pengertian sejarah kebudayaan Islam
Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut tarih, yang menurut bahasa berarti ketentuan masa. Sedangkan menurut istilah berarti keterangan yang telah terjadi dikalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa yang masih ada.[13]
Kebudayaan adalah hasil budidaya manusia dalam kehidupan bersama dalam suatu ruang dan waktu, yang kemudian diwariskan kepada generasi mudanya untuk dikembangkan lebih lanjut dari generasi ke generasi.[14]
Jadi, sejarah kebudayaan Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia Muslim dari generasi ke generasi. Sedangkan Sejarah Kebudayaan Islam yang diajarkan di sekolah-sekolah saat ini adalah sejarah masyarakat Arab Pra-Islam, riwayat hidup Rasulullah SAW, sahabat-sahabat dan imam-imam masyhur yang telah menyumbangkan ilmunya terhadap perkembangan Islam.
2.       Tujuan Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
a.       Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
b.      Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan
c.        Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
d.      Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
e.       Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.[15]
3.       Ruang Lingkup Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah
Ruang lingkup Mata Pelajaran Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:
a.        Sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW.
b.      Dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang meliputi kegigihan dan ketabahannya dalam berdakwah, kepribadian Nabi Muhammad SAW, hijrah Nabi Muhammad SAW ke Thaif, peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
c.       Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Yatsrib, keperwiraan Nabi Muhammad SAW, peristiwa Fathul Makkah, dan peristiwa akhir hayat Rasulullah SAW.
d.      Peristiwa-peristiwa pada masa khulafaurrasyidin.
e.       Sejarah perjuangan tokoh agama Islam di daerah masing-masing.
  1. Metode Penelitian
1.       Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang dapat menguji secara benar hipotesis yang menyakut hubungan sebab-akibat. Rancangan penelitian studi eksperimen ini diambil karena peneliti langsung berpartisipasi dalam proses penelitian, mulai dari awal sampai dengan berakhirnya penelitian. Peneliti juga mengajarkan mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tentang silsilah Ali bin Abi Thalib dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif metode make a match.
Adapun penelitian yang peneliti lakukan ini menggunakan penelitian eksperimen True-Eksperimental (Postest-Only Control Design), dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen. Dalam penelitian biasanya perlakuan (treatment) dianalisis dengan uji beda, pakai statistik t-test misalnya. Kalu terdapat perbedaan yang signifikan, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.

2.       Popolasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pihaung dari kelas I-VI yang berjumlah 400 orang siswa. Mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan waktu, biaya serta tenaga, maka penarikan sampel dilakukan secara acak. Sampel yang diambil dalam penelitian ini hanya kelas VI A dan VI B  Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pihaung yang berjumlah 28 siswa (kelas A 15 dan kelas B 13 siswa). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling kuota yaitu teknik penentuan sampel sudah betarget.
3.       Jenis dan Sumber Data
a.       Jenis data
Penelitian ini mengunakan dua data yaitu data kuantitatif dan kualitatif.
1)      Data kuantitatiif
Data kuantitatif adalah data hasil observasi atau pengukuran yang dinyatakan dalam angka-angka. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif berupa data yang menunjukkan angka dan yang berkaitan dengan permasalahan yang di teliti.
2)      Data kualitatif
Data kuantitatif adalah data dari hasil observasi atau pengukuran yang terdapat dalam sampel dan tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka. Data ini diperoleh hasil observasi dan dokomentasi dari pihak sekolah dan berupa kalimat meliputi pelaksanaan evaluasi.
b.      Sumber data
Sumber data penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Sumber primer adalah siswa-siswi kelas IV A dan IV B, yang menjadi subyek penelitian. Sedangkan sumber data sekunder adalah kepala sekolah, guru te
4.       Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan sebagaimana tersebut di atas diperoleh dengan metode:
a.       Metode observasi
Secara umum, observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yag dijadikan sasaran pengamatan.
Metode obsevasi dalam penelitian dipergunakan untuk mengadakan pengamatan secara langsung ke tempat lokasi penelitian, keadaan wilayah, letak geografis, keadaan sasaran dan prasarana serta kondisi pada saat proses pelaksanaan pembelajaran di Madrasah Ibtidaityah Negeri 4 Pihaung.
b.      Metode dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pihaung. Seperti keadaan guru, dan tenaga administrasi, keadaan siswa dan keadaan sarana dan prasarana.
c.       Metode tes
Metode tes digunakan untuk mengukur kemampuan individu siswa. Serta peningkatan nilai siswa sebelum dan sesudah mendapat perlakuan, pada kelas eksperimen. Jenis test yang diberikan kepada siswa berupa pilihan ganda sebanyak 20 soal. Tes diberikan pada akhir pembelajaran untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang baru saja disampaikan. Hasil dari tes ini akan dibandingkan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk dianalisis.
5.       Teknik Analisis Data
Terlebih dahulu
Langkah-langkah penelitian dalam SPSS
  1. Buka data excel
  1. Buka SPSS dan memberkan nama pada tabel editor
  1. Buka data excel ke data view
  1. Klik menu ANALYZE => NONPARAMETRIC => LEGACY DIALOGS SAMPLE K-S
Sehingga muncul gambar baru seperti berikut ini
  1. Pindahkan data “hasil belajar kelas VI A dan hasil belajar kelas VI b  ke kotak VARIABLESLIST yang ada di sebelah kanan dan pastikan kolom “NORMAL” sudah dicentang
  1. Klik OK
  2. Maka akan keluar output SPSS seperti gambar berikut
6.       Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah mengetahui secara keseluruhan isi dari skripsi ini maka disusun sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan, berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, tinjauan pustaka, kajian teori, metode penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab kedua adalah landasan teori yang digunakan sebagai landasan berfikir dan menganalisis data yang berisikan model pembelajaran kooperatif metode make a match (yang berisikan pengertian model pembelajaran kooperatif, metode make a match, persiapan pembelajaran metode make a match, langkah-langkah pembelajaran metode make a match, serta kelebihan dan kekurangan metode make a match), pengertian prestasi belajar, dan sejarah kebudayaan Islam (yang berisikan pengertian sejarah kebudayaan Islam, tujuan mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam, ruang lingkup mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah).
Bab ketiga adalah gambaran umum Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pihaung, yang berisikan sejarah berdiri Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pihaung, identitas madrasah, visi dan misi madrasah, tujuan madrasah, keadaan guru, administrasi, keadaan siswa, dan keadaan prasarana.
Bab keempat adalah merupakan bab khusus menganalisa data, serta akan menjawab dari permasalahan-permasalahan yang timbul dalam penelitian.
Bab kelima merupakan bab penutup yang berupa kesimpulan dan saran sebagai paparan akhir hasil penelitian.


[1] Agus Suprijono, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal 46
[2] Istarani, Model Pembelajaran Inovatif, (Medan: Media Pustaka, 2012), hal 58
[3] Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), hal. 62
[4] Agus Suprijono, Cooperatve Learning....hal. 94-96
[5] Anita Lie, Cooprative Learning Mempratikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang
Kelas, (Jakarta: Gramedia, 2005), hal. 55
[6] Agus Suprijono, Cooperative Learning..., hal. 94-96
[7] Miftahul Huda, model-model pengajaran dan pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka belajar, 2013), hal 253
[8] , pada tanggal 01 September 2017, jam 12:23
[9] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,(Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hal.20
[10] Saiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010), hal. 38
[11] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008), hal. 138
[12] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011), hal. 12
[13] Zuhairi, dkk.,Sejarah Pendiikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hal. 1
[14] Fadil SJ, Pasang Surut Peradapan Islam Dalam Lintasan Sejarah, (Malang: UIN-Malang, 2008), hal. 15
[15]Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah dengan Rahmat Tuhan yang Maha Esa, Menteri Agama Republik Indonesia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

cooveratif learning oleh Ahmad Noor Fatirul, Drs. ST. M.Pd.

COOPERATIVE LEARNING Oleh Ahmad Noor Fatirul, Drs. ST. M.Pd. A.   Pendahuluan Sebagai sebuah model pengajaran, pembelajaran koope...