PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF METODE
MAKE A MATCH TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN SISWA
DALAM PELAJARAN
IPA KELAS II MIN 16 PIHAUNG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Dosen Pengampu :
Ulpa Hidayati, S.Pd.
Disusun oleh :
YUNITA
|
SEKOLAH
TINGGI ILMU AL QURAN AMUNTAI
PRODI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
TAHUN
AKADEMIK 2017/2018
A.
Latar
Belakang
Era
globalisasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk
mewujudkan sumber daya manusia yang berkialitas harus didukung dengan adanya
pendidikan yang baik. Keberhasilan program pendidikan melalui kegiatan belajar
mengajar di sekolah tentu dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya yaitu
siswa, kurikulum, guru, biaya, sarana prasarana serta faktor lingkungan.
Guru
memegang peranan yang penting dalam proses belajar mengajar, baik dalam
merencanakan maupun melaksanakan pembelajaran. Kualitas guru menjadi salah satu
faktor keberhasilan siswa. Keberhasilan belajar mengajar dapat dilihat dari
segi proses dan segi hasil. Dari segi proses, guru dapat dikatakan berhasil
apabila mampu melibatkan sebagian besar siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan berhasi apabila
pembelajaran yang diberikannya mampu mengubah perilaku sebagian besar siswa ke arah
penguasaan kompetensi dasar yang baik.
Dari
paparan di atas dijelaskan bahwa dari segi proses, guru dapat dikatakan
berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran. Ini adalah salah satu masalah yang dihadapi guru, karena
siswa mempunyai latar belakang yang berbeda-beda ada yang aktif dan ada juga
siswa yang tidak aktif, bahkan bisa juga dikatakan pasif. Apalagi pada
pelajaran-pelajaran yang membutuhkan konsentrasi tinggi.
Ilmu
Pengetahuan Alam adalah salah satu mata pelajaran yang membutuhkan konsentrasi
tinggi karena pada mata pelajaran ini, siswa belajar tentang sesuatu yang
terjadi pada masa lampau.
Salah
satu cara untuk meningkatkan pemahaman siswa, guru harus menerapkan model dan
media pembelajaran yang menarik. Dengan model dan media yang tepat, suatu pesan
pembelajaran akan dapat berproses secara efektif dalam kegiatan belajar
mengajar kearah yang dicapai. Salah satunya dengan model pembelajaran
kooperatif metode make a match dengan media kartu.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian Ini adalah:
1. Adakah
pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make a match terhadap pemahaman
siswa dalam pelajaran IPA kelas II MIN 16 Pihaung tahun pelajaran 2017/2018?
C.
Tujuan
Penelitian
Sesuai
dengan permasalahan tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui
pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make a match terhadap pemahaman
siswa dalam pelajaran IPA kelas II MIN 16 Pihaung tahun pelajaran 2017/2018.
D.
Manfaat
Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak, adapun manfaat yang
dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa
a. Mendorong keberanian siswa dalam
menyampaikan pendapatnya/ informasi kepada orang lain.
b. Meningkatkan pemahaman siswa dalam
pelajaran IPA.
c. Sebagai variasai belajar siswa untuk
lebih mudah memahami materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
2. Bagi guru
Dengan dilaksanakannya penelitian ini,
diharapkan guru secara bertahap dapat mengetahui model pembelajaran di kelas
sehingga permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran dapat
teratasi. Di samping itu sangat membantu bagi perbaikan pembelajaran serta
profesionalisme guru yang bersangkutan.
3. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan memberi
sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah terutama dalam rangka memperbaiki
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.
4. Bagi STIQ RAKHA Amuntai
Sebagai
alternatif pemikiran dalam mengembangkan keilmuan pendidikan di Sekolah Tinggi
Ilmu Al-Quran.
5. Bagi
peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
masukan dalam pengembangan wawasan ilmu pengetahuan serta dapat menyikapi
secara profesional kondisi nyata di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 16 Pihaung.
E.
Definisi Operasional
Untuk menghindari kekeliruan penulisan
terhadap penelitian ini, maka penulis menganggap perlu diberikan definisi
operasional sebagai berikut:
1.
Pengaruh
2.
Model
pembelajaran
model pembelajaran adalah seluruh rangkaian
penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah
pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang
digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.
3.
Pembelajaran
kooperatif
Pembelajaran
kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok,
termasuk kelompok yang diarahkan oleh seorang guru.
4.
Metode make a
match
Metode
make a match artinya
metode pembelajaran mencari pasangan, yang dikembangkan oleh Lorna Curran pada
tahun1994. Salah satu keunggulan metode ini adalah siswa mencari pasangan
sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan
5.
Prestasi belajar
prestasi
belajar adalah sebuah hasil yang didapatkan dari kegiatan belajar, yang dapat
mengubah diri seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu.
6.
Pembelajaran
sejarah kebudayaan Islam
Sejarah
kebudayaan Islam adalah mata pelajaran yang diajarkan di MIN 4 Pihaung , disini
peneliti mengambil mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam kelas IV tentang
silsilah Ali bin Abi Thalib.
F.
Tinjauan Pustaka
Tinjauan
pustaka merupakan uraian singkat tentang hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan para mahasiswa yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan
penulis. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, penulis belum menemukan topik
penelitian yang sama dengan topik penelitian yang ingin penulis lakukan. Namun
ada penelitian yang memiliki kemiripan, yaitu:
Skripsi
yang ditulis oleh Watingah (2014) Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam
Negreri Purwokerto dengan judul “Metode
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasa Ibtidaiyah Muhamadiyah
Kembaran Wetan Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga” bahwa Subyek
dalam penelitian ini adalah guru kelas VI di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah
Kembaran Wetan Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga.Pengumpulan data
dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data
dikumpulkan, data-data tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif
deskriptif dengan menggunakan tiga langkah yaitu reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
jenis metode yang digunakan adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode
diskusi, metode penugasan atau resitasi, metodegallery walk dan
metode mind mapping. Selain itu, guru juga menerapkan kombinasi dari
beberapa metode dalam sebuah proses pembelajaran. Tujuan menggabungkan beberapa
metode tersebut adalah untuk menghindari terjadinya kebosanan pada peserta
didik sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan mudah dipahami oleh
peserta didik.
Skripsi
yang ditulis oleh Komsiatin (2013) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung dengan judul “Penerapan Model Make A Match untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Arab pada Siswa Kelas IV MI Bendiljati Wetan
Sumbergempol Tulungagung” bahwa subjek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas IV. Penelitian ini
mengunakan penelitian tidakan kelas (Class Action Research) sebanyak dua
siklus, untuk memperoleh data yang akurat maka mengumpulkan
data dengan tes,
wawancara, observasi, cattan lapangan dan dokomentasi. Hasil penelitian yang digunakan dengan
menerapkan model make a match, menunjukan adanya peningkatan hasil
belajar peserta didik mulai pre test, post tes siklus I, sampai post
tes siklus II. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata nilai peserta didik
44,11 (pre test), meningkat menjadi 73,52 (post test siklus I),
dan meningkat lagi menjadi 97% (post test siklus II). Dengan demikian,
membuktikan bahwa penerapan model make a match meningkatkan hasil
belajar bahasa Arab peserta didik kelas IV MI Bendiljati Wetan Sumbergempol
Tulungagung.
Skripsi
Yang Ditulis Oleh Ika Sri Wahyuni (2016)
Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas VIIIB MTs Muslimat NU Palangka
Raya” bahwa subjek dalam penelitian ini 1 orang guru Sejarah Kebudayaan
Islam. Sedangkan sebagai informasinya adalah 10 orang dari 40 siswa di kelas
VIIIB di MTs Muslimat NU. Tehnik pengumpulan data melalui observasi,
wawancara dan dokomentasi. Analisis data melalui beberapa tahapan yaitu reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: a) Penerapan model pembelajaran Snowball
Throwing pada materi perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa
Dinasti Abbasiyah di kelas VIIIB MTs Muslimat NU sudah terlaksana
dengan baik, meliputi tahap persiapan, langkah-langkah dan penerapan sesuai RPP
dalam penerapan model pembelajaran Snowball Throwing. b) Hasil belajar
siswa dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing ialah
meningkat dan sangat membantu dalam proses pembelajaran, hasilnya dapat dilihat
dari aspek kognitif siswa. Hasil analisis penelitian, bahwa penerapan model
pembelajaran Snowball Throwing adalah sudah terlaksana dengan baik dan
hasil belajar siswa meningkat hal ini dapat dilihat dari aspek kognitif siswa.
- Kajian Teori
1. Model Pembelajaran Kooperatif Metode Make A Match
a. Pengertian model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran adalah
pola yang digunakan dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.[1]
Sedangkan menurut Istarani model pembelajaran adalah seluruh rangkaian
penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah
pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang
digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.[2]
Jadi, model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang disusun secara sistematis untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif learning adalah konsep yang
lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok, termasuk kelompok yang
diarahkan oleh seorang guru[3]. Disini siswa
melalui kelompok kecil diarahkan untuk saling bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.[4]
Jadi, dalam pembelajaran kooperatif siswa
didorong untuk aktif dan saling bekerja sama. Disini guru harus dapat
mengarahkan pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajarn.
b. Pengertian metode Make a Match
Metode make
a match artinya metode pembelajaran mencari pasangan, yang
dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun1994. Salah satu keunggulan metode ini
adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam suasana yang menyenangkan.[5]
Jadi, metode make a match
merupakan pembelajaran dari kartu-kartu yang di dalamnya ada katu pertanyaan
dan ada kartu jawaban. Dengan metode ini mampu membuat siswa lebih aktif, dan
di sini guru sebagai fasilitator yaitu mengarahkan dan memudahkan siswa dalam
menggapai pembelajaran.
c. Persiapan pembelajaran metode make a match
Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika
pembelajaran menggunakan metode make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu
tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lain
berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Persiapan yang harus
dilakukan antara lain:
1) Membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan
tujuan materi yang dipelajari (jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran)
kemudian menulisnya dalam kartu-kartu pertanyaan
2) Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
yang telah dibuat dan menulisnya dalam kartu-kartu jawaban. Akan lebih baik
jika kartu pertanyaan dan kartu jawaban berbeda warnanya.
3) Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa
yang berhasil dan sanksi bagi siswa yang gagal (di sini, guru dapat membuat
aturan ini bersama-sama dengan siswa).
4) Menyediakan lembaran untuk mencatat
pasangan-pasangan yang berhasil sekaligus untuk penskoran presentasi.
d. Langkah-langkah metode pembelajaran make a match
Adapun langkah-langkah
metode pembelajaran make a match sebagai berikut:
1) Guru membagi siswa di kelas menjadi 3 kelompok.
Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi
pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu
berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga adalah kelompok penilai.
2) Aturlah posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk
U (bisa dikreasikan, ini hanya saran). Upayakan kelompok pertama dan kelompok
kedua berjajar saling berhadapan.
3) Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi
yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok
pertama maupun kelompok kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari pasangan
pertayaan-jawaban yang cocok dengan batas waktu yang ditentukan. Berikan
kesempatan bagi mereka untuk berdiskusi. Ketika
berdiskusi, alangkah baiknya jika ada musik intrumental (hanya saran)
yang mengiringi aktifitas belajar mereka.
4) Hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara
anggota kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu
jawaban.
5) Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib
menunjukkan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok penilai
kemudian membacakan apakah pasangan pertanyaan-jawaban itu cocok atau tidak.
Dalam hal ini ada 2 (dua) kemungkinan jawaban, karena kelompok penilai belum
tentu benar dalam menilai. Disinilah peran guru sebagai fasilitator untuk
meluruskan.
6) Pada sesi kedua, aturlah kelompok sedemikian rupa
sehingga terjadi pergantian posisi kelompok penilai, kelompok pembawa kartu
soal dan kelompok pembawa jawaban.
7) Ulangi kembali langkah b-e sehingga dirasa sudah
merata untuk seluruh siswa.
8)
Guru memberikan penjelasan mengenai pertanyaan dan jawaban yang benar.[6]
e.
Kelebihan dan kelemahan metode make a match
Metode pembelajaran make a
match mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya yaitu;
1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik
secara kognitif maupun fisik.
2) Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan.
3) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
4) Efektif sebagai melatih keberanian siswa untuk
tampil presentasi.
5)
Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.[7]
Adapun kelemahannya metode
pembelajaran make a match adalah;
1) Jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik
dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang.
2) Jika guru tidak mengontrol siswa dengan baik maka
keadaan kelas akan ribut (bagi kelas yang muridnya lebih dari 30 orang).
3) Guru harus bisa mengontrol waktu, jangan sampai
murid ebih banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.
4) Guru harus bijaksana dalam memberikan hukuman kepada
murid.
5)
Menggunakan metode ini secara terus-menerus akan menimbulkan kebosanan.[8]
Jadi, dalam menggunakan
metode make a match ada kelebihan dan ada pula kelemahannnya. Untuk mengatasi
kelemahan dalam metode make a match guru diharuskan membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dalam setiap pembelajaran.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian prestasi belajar
Prestasi belajar adalah
sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu kata “prestasi” dan “belajar”.
Maka dari itu kita uraikan terlebih dahulu makna “prestasi” dan “belajar”. Prestasi
adalah suatu hasil dari kegiatan yang telah dikerjakan atau diciptakan baik
secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan didapatkan selama
seseorang tidak melakukan kegiatan.[9] Belajar adalah
sebuah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan
aktivitas belajar.[10] Jadi, prestasi
belajar adalah sebuah hasil yang didapatkan dari kegiatan belajar.
Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono
prestasi belajar siswa adalah hasil dari berbagai upaya dan daya yang tercermin
dari partisipasi belajar yang dilakukan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran yang disampaikan oleh guru[11].
b. Fungsi
prestasi belajar
1) Prestasi
belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahua yang telah dikuasai peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan
hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi
menyebutnya sebagai “tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum
manusia”.
3) Prestasi
belajar sebagai bahan informasi dalm inivasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserrta didik dalam meningkatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
berperan sebagai umpan balik daam meningkatkan mutu pendidikan.
4) Prestasi
belajar sebagai indicator internal dan eksternal dari suatu intitusi pendidikan. Indikator tingkat
produktvitas suatu intitusi pendidikan.
Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat .
5)
Prestasi belajar
dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi
fokus utama yang harus
diperhatikan, karena peserta didilklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.[12]
3. Sejarah Kebudayaan Islam
1. Pengertian sejarah kebudayaan Islam
Kata sejarah dalam bahasa
Arab disebut tarih, yang menurut
bahasa berarti ketentuan masa. Sedangkan menurut istilah berarti keterangan
yang telah terjadi dikalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa
yang masih ada.[13]
Kebudayaan adalah hasil
budidaya manusia dalam kehidupan bersama dalam suatu ruang dan waktu, yang
kemudian diwariskan kepada generasi mudanya untuk dikembangkan lebih lanjut
dari generasi ke generasi.[14]
Jadi, sejarah kebudayaan
Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia Muslim dari generasi ke
generasi. Sedangkan Sejarah Kebudayaan Islam yang diajarkan di sekolah-sekolah
saat ini adalah sejarah masyarakat Arab Pra-Islam, riwayat hidup Rasulullah
SAW, sahabat-sahabat dan imam-imam masyhur yang telah menyumbangkan ilmunya
terhadap perkembangan Islam.
2. Tujuan Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
a.
Membangun
kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran,
nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam
rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
b.
Membangun
kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan
sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan
c.
Melatih daya kritis peserta didik untuk
memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
d.
Menumbuhkan
apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam
sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
e.
Mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa
bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya
dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan
kebudayaan dan peradaban Islam.[15]
3. Ruang
Lingkup Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah
Ruang lingkup Mata Pelajaran Sejarah Kebudayan Islam
di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:
a.
Sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah
kelahiran dan kerasulan Nabi
Muhammad SAW.
b.
Dakwah Nabi
Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang meliputi
kegigihan dan ketabahannya dalam berdakwah, kepribadian Nabi Muhammad SAW, hijrah Nabi Muhammad SAW ke Thaif, peristiwa Isra’
Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
c.
Peristiwa hijrah
Nabi Muhammad SAW ke Yatsrib, keperwiraan Nabi Muhammad SAW, peristiwa Fathul Makkah, dan peristiwa akhir hayat Rasulullah SAW.
d.
Peristiwa-peristiwa
pada masa khulafaurrasyidin.
e.
Sejarah
perjuangan tokoh agama Islam di daerah masing-masing.
- Metode
Penelitian
1. Jenis
Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh
peneliti adalah jenis penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah
metode penelitian yang dapat menguji secara benar hipotesis yang menyakut
hubungan sebab-akibat. Rancangan penelitian studi eksperimen ini diambil karena
peneliti langsung berpartisipasi dalam proses penelitian, mulai dari awal
sampai dengan berakhirnya penelitian. Peneliti juga mengajarkan mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam tentang silsilah Ali bin Abi Thalib dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif metode make a match.
Adapun penelitian yang peneliti lakukan
ini menggunakan penelitian eksperimen True-Eksperimental
(Postest-Only Control Design), dalam
desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R).
Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok
yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen. Dalam penelitian biasanya
perlakuan (treatment) dianalisis dengan uji beda, pakai statistik t-test
misalnya. Kalu terdapat perbedaan yang signifikan, antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara
signifikan.
2. Popolasi
dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pihaung dari kelas I-VI yang berjumlah
400 orang siswa. Mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan waktu,
biaya serta tenaga, maka penarikan sampel dilakukan secara acak. Sampel yang
diambil dalam penelitian ini hanya kelas VI A dan VI B Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pihaung yang
berjumlah 28 siswa (kelas A 15 dan kelas B 13 siswa). Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara sampling kuota yaitu
teknik penentuan sampel sudah betarget.
3. Jenis
dan Sumber Data
a. Jenis
data
Penelitian
ini mengunakan dua data yaitu data kuantitatif dan kualitatif.
1) Data
kuantitatiif
Data
kuantitatif adalah data hasil observasi atau pengukuran yang dinyatakan dalam
angka-angka. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif berupa data yang
menunjukkan angka dan yang berkaitan dengan permasalahan yang di teliti.
2) Data
kualitatif
Data
kuantitatif adalah data dari hasil observasi atau pengukuran yang terdapat dalam
sampel dan tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka. Data ini diperoleh hasil
observasi dan dokomentasi dari pihak sekolah dan berupa kalimat meliputi
pelaksanaan evaluasi.
b. Sumber
data
Sumber
data penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Sumber primer
adalah siswa-siswi kelas IV A dan IV B, yang menjadi subyek penelitian.
Sedangkan sumber data sekunder adalah kepala sekolah, guru te
4. Teknik
Pengumpulan Data
Data yang diperlukan sebagaimana
tersebut di atas diperoleh dengan metode:
a. Metode
observasi
Secara
umum, observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yag dijadikan sasaran pengamatan.
Metode
obsevasi dalam penelitian dipergunakan untuk mengadakan pengamatan secara
langsung ke tempat lokasi penelitian, keadaan wilayah, letak geografis, keadaan
sasaran dan prasarana serta kondisi pada saat proses pelaksanaan pembelajaran
di Madrasah Ibtidaityah Negeri 4 Pihaung.
b. Metode
dokumentasi
Metode
ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4
Pihaung. Seperti keadaan guru, dan tenaga administrasi, keadaan siswa dan
keadaan sarana dan prasarana.
c. Metode
tes
Metode
tes digunakan untuk mengukur kemampuan individu siswa. Serta peningkatan nilai
siswa sebelum dan sesudah mendapat perlakuan, pada kelas eksperimen. Jenis test
yang diberikan kepada siswa berupa pilihan ganda sebanyak 20 soal. Tes
diberikan pada akhir pembelajaran untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
terhadap materi yang baru saja disampaikan. Hasil dari tes ini akan
dibandingkan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk dianalisis.
5. Teknik
Analisis Data
Terlebih
dahulu
Langkah-langkah
penelitian dalam SPSS
- Buka
data excel
- Buka
SPSS dan memberkan nama pada tabel editor
- Buka
data excel ke data view
- Klik
menu ANALYZE => NONPARAMETRIC => LEGACY DIALOGS SAMPLE K-S
Sehingga
muncul gambar baru seperti berikut ini
- Pindahkan
data “hasil belajar kelas VI A dan hasil belajar kelas VI b ke kotak VARIABLESLIST yang ada di
sebelah kanan dan pastikan kolom “NORMAL” sudah dicentang
- Klik
OK
- Maka
akan keluar output SPSS seperti gambar berikut
6. Sistematika
Penulisan
Untuk mempermudah mengetahui secara
keseluruhan isi dari skripsi ini maka disusun sistematika pembahasan sebagai
berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan,
berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, definisi operasional, tinjauan pustaka, kajian teori, metode
penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab kedua adalah landasan teori yang
digunakan sebagai landasan berfikir dan menganalisis data yang berisikan model
pembelajaran kooperatif metode make a match (yang berisikan pengertian model
pembelajaran kooperatif, metode make a match, persiapan pembelajaran metode
make a match, langkah-langkah pembelajaran metode make a match, serta kelebihan
dan kekurangan metode make a match), pengertian prestasi belajar, dan sejarah
kebudayaan Islam (yang berisikan pengertian sejarah kebudayaan Islam, tujuan
mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam, ruang lingkup mata pelajaran sejarah
kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah).
Bab
ketiga adalah gambaran umum Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pihaung, yang
berisikan sejarah berdiri Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pihaung, identitas
madrasah, visi dan misi madrasah, tujuan madrasah, keadaan guru, administrasi,
keadaan siswa, dan keadaan prasarana.
Bab
keempat adalah merupakan bab khusus menganalisa data, serta akan menjawab dari
permasalahan-permasalahan yang timbul dalam penelitian.
Bab kelima
merupakan bab penutup yang berupa kesimpulan dan saran sebagai paparan akhir
hasil penelitian.
[1] Agus Suprijono, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi
PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal 46
[2] Istarani, Model Pembelajaran Inovatif, (Medan: Media Pustaka, 2012), hal 58
[3] Kokom Komalasari, Pembelajaran
Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), hal.
62
[4] Agus Suprijono, Cooperatve
Learning....hal. 94-96
[5] Anita Lie, Cooprative
Learning Mempratikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang
Kelas, (Jakarta: Gramedia, 2005), hal.
55
[6] Agus Suprijono, Cooperative Learning..., hal. 94-96
[7] Miftahul Huda, model-model
pengajaran dan pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka belajar, 2013), hal 253
[9] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,(Surabaya:
Usaha Nasional, 1994), hal.20
[10] Saiful Bahri
Djamarah, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010), hal. 38
[11] Abu Ahmadi dan
Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008), hal. 138
[12] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip,
Teknik, Prosedur, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011), hal. 12
[13] Zuhairi, dkk.,Sejarah Pendiikan Islam, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2011), hal. 1
[14] Fadil SJ, Pasang Surut Peradapan Islam Dalam Lintasan Sejarah, (Malang:
UIN-Malang, 2008), hal. 15
[15]Peraturan Menteri Agama RI Nomor
2 tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, Pendidikan
Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah dengan Rahmat Tuhan yang Maha Esa,
Menteri Agama Republik Indonesia
PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF METODE MAKE A MATCH TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN
IPA KELAS II MIN 16 PIHAUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Dosen Pengampu :
Ulpa Hidayati, S.Pd.
Disusun oleh :
YUNITA
|
SEKOLAH
TINGGI ILMU AL QURAN AMUNTAI
PRODI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
TAHUN
AKADEMIK 2017/2018
A.
Latar
Belakang
Era
globalisasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk
mewujudkan sumber daya manusia yang berkialitas harus didukung dengan adanya
pendidikan yang baik. Keberhasilan program pendidikan melalui kegiatan belajar
mengajar di sekolah tentu dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya yaitu
siswa, kurikulum, guru, biaya, sarana prasarana serta faktor lingkungan.
Guru
memegang peranan yang penting dalam proses belajar mengajar, baik dalam
merencanakan maupun melaksanakan pembelajaran. Kualitas guru menjadi salah satu
faktor keberhasilan siswa. Keberhasilan belajar mengajar dapat dilihat dari
segi proses dan segi hasil. Dari segi proses, guru dapat dikatakan berhasil
apabila mampu melibatkan sebagian besar siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan berhasi apabila
pembelajaran yang diberikannya mampu mengubah perilaku sebagian besar siswa ke arah
penguasaan kompetensi dasar yang baik.
Dari
paparan di atas dijelaskan bahwa dari segi proses, guru dapat dikatakan
berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran. Ini adalah salah satu masalah yang dihadapi guru, karena
siswa mempunyai latar belakang yang berbeda-beda ada yang aktif dan ada juga
siswa yang tidak aktif, bahkan bisa juga dikatakan pasif. Apalagi pada
pelajaran-pelajaran yang membutuhkan konsentrasi tinggi.
Ilmu
Pengetahuan Alam adalah salah satu mata pelajaran yang membutuhkan konsentrasi
tinggi karena pada mata pelajaran ini, siswa belajar tentang sesuatu yang
terjadi pada masa lampau.
Salah
satu cara untuk meningkatkan pemahaman siswa, guru harus menerapkan model dan
media pembelajaran yang menarik. Dengan model dan media yang tepat, suatu pesan
pembelajaran akan dapat berproses secara efektif dalam kegiatan belajar
mengajar kearah yang dicapai. Salah satunya dengan model pembelajaran
kooperatif metode make a match dengan media kartu.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian Ini adalah:
1. Adakah
pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make a match terhadap pemahaman
siswa dalam pelajaran IPA kelas II MIN 16 Pihaung tahun pelajaran 2017/2018?
C.
Tujuan
Penelitian
Sesuai
dengan permasalahan tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui
pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make a match terhadap pemahaman
siswa dalam pelajaran IPA kelas II MIN 16 Pihaung tahun pelajaran 2017/2018.
D.
Manfaat
Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak, adapun manfaat yang
dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa
a. Mendorong keberanian siswa dalam
menyampaikan pendapatnya/ informasi kepada orang lain.
b. Meningkatkan pemahaman siswa dalam
pelajaran IPA.
c. Sebagai variasai belajar siswa untuk
lebih mudah memahami materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
2. Bagi guru
Dengan dilaksanakannya penelitian ini,
diharapkan guru secara bertahap dapat mengetahui model pembelajaran di kelas
sehingga permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran dapat
teratasi. Di samping itu sangat membantu bagi perbaikan pembelajaran serta
profesionalisme guru yang bersangkutan.
3. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan memberi
sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah terutama dalam rangka memperbaiki
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.
4. Bagi STIQ RAKHA Amuntai
Sebagai
alternatif pemikiran dalam mengembangkan keilmuan pendidikan di Sekolah Tinggi
Ilmu Al-Quran.
5. Bagi
peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
masukan dalam pengembangan wawasan ilmu pengetahuan serta dapat menyikapi
secara profesional kondisi nyata di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 16 Pihaung.
E.
Definisi Operasional
Untuk menghindari kekeliruan penulisan
terhadap penelitian ini, maka penulis menganggap perlu diberikan definisi
operasional sebagai berikut:
1.
Pengaruh
2.
Model
pembelajaran
model pembelajaran adalah seluruh rangkaian
penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah
pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang
digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.
3.
Pembelajaran
kooperatif
Pembelajaran
kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok,
termasuk kelompok yang diarahkan oleh seorang guru.
4.
Metode make a
match
Metode
make a match artinya
metode pembelajaran mencari pasangan, yang dikembangkan oleh Lorna Curran pada
tahun1994. Salah satu keunggulan metode ini adalah siswa mencari pasangan
sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan
5.
Prestasi belajar
prestasi
belajar adalah sebuah hasil yang didapatkan dari kegiatan belajar, yang dapat
mengubah diri seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu.
6.
Pembelajaran
sejarah kebudayaan Islam
Sejarah
kebudayaan Islam adalah mata pelajaran yang diajarkan di MIN 4 Pihaung , disini
peneliti mengambil mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam kelas IV tentang
silsilah Ali bin Abi Thalib.
F.
Tinjauan Pustaka
Tinjauan
pustaka merupakan uraian singkat tentang hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan para mahasiswa yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan
penulis. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, penulis belum menemukan topik
penelitian yang sama dengan topik penelitian yang ingin penulis lakukan. Namun
ada penelitian yang memiliki kemiripan, yaitu:
Skripsi
yang ditulis oleh Watingah (2014) Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam
Negreri Purwokerto dengan judul “Metode
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasa Ibtidaiyah Muhamadiyah
Kembaran Wetan Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga” bahwa Subyek
dalam penelitian ini adalah guru kelas VI di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah
Kembaran Wetan Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga.Pengumpulan data
dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data
dikumpulkan, data-data tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif
deskriptif dengan menggunakan tiga langkah yaitu reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
jenis metode yang digunakan adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode
diskusi, metode penugasan atau resitasi, metodegallery walk dan
metode mind mapping. Selain itu, guru juga menerapkan kombinasi dari
beberapa metode dalam sebuah proses pembelajaran. Tujuan menggabungkan beberapa
metode tersebut adalah untuk menghindari terjadinya kebosanan pada peserta
didik sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan mudah dipahami oleh
peserta didik.
Skripsi
yang ditulis oleh Komsiatin (2013) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung dengan judul “Penerapan Model Make A Match untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Arab pada Siswa Kelas IV MI Bendiljati Wetan
Sumbergempol Tulungagung” bahwa subjek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas IV. Penelitian ini
mengunakan penelitian tidakan kelas (Class Action Research) sebanyak dua
siklus, untuk memperoleh data yang akurat maka mengumpulkan
data dengan tes,
wawancara, observasi, cattan lapangan dan dokomentasi. Hasil penelitian yang digunakan dengan
menerapkan model make a match, menunjukan adanya peningkatan hasil
belajar peserta didik mulai pre test, post tes siklus I, sampai post
tes siklus II. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata nilai peserta didik
44,11 (pre test), meningkat menjadi 73,52 (post test siklus I),
dan meningkat lagi menjadi 97% (post test siklus II). Dengan demikian,
membuktikan bahwa penerapan model make a match meningkatkan hasil
belajar bahasa Arab peserta didik kelas IV MI Bendiljati Wetan Sumbergempol
Tulungagung.
Skripsi
Yang Ditulis Oleh Ika Sri Wahyuni (2016)
Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas VIIIB MTs Muslimat NU Palangka
Raya” bahwa subjek dalam penelitian ini 1 orang guru Sejarah Kebudayaan
Islam. Sedangkan sebagai informasinya adalah 10 orang dari 40 siswa di kelas
VIIIB di MTs Muslimat NU. Tehnik pengumpulan data melalui observasi,
wawancara dan dokomentasi. Analisis data melalui beberapa tahapan yaitu reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: a) Penerapan model pembelajaran Snowball
Throwing pada materi perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa
Dinasti Abbasiyah di kelas VIIIB MTs Muslimat NU sudah terlaksana
dengan baik, meliputi tahap persiapan, langkah-langkah dan penerapan sesuai RPP
dalam penerapan model pembelajaran Snowball Throwing. b) Hasil belajar
siswa dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing ialah
meningkat dan sangat membantu dalam proses pembelajaran, hasilnya dapat dilihat
dari aspek kognitif siswa. Hasil analisis penelitian, bahwa penerapan model
pembelajaran Snowball Throwing adalah sudah terlaksana dengan baik dan
hasil belajar siswa meningkat hal ini dapat dilihat dari aspek kognitif siswa.
- Kajian Teori
1. Model Pembelajaran Kooperatif Metode Make A Match
a. Pengertian model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran adalah
pola yang digunakan dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.[1]
Sedangkan menurut Istarani model pembelajaran adalah seluruh rangkaian
penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah
pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang
digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.[2]
Jadi, model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang disusun secara sistematis untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif learning adalah konsep yang
lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok, termasuk kelompok yang
diarahkan oleh seorang guru[3]. Disini siswa
melalui kelompok kecil diarahkan untuk saling bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.[4]
Jadi, dalam pembelajaran kooperatif siswa
didorong untuk aktif dan saling bekerja sama. Disini guru harus dapat
mengarahkan pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajarn.
b. Pengertian metode Make a Match
Metode make
a match artinya metode pembelajaran mencari pasangan, yang
dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun1994. Salah satu keunggulan metode ini
adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam suasana yang menyenangkan.[5]
Jadi, metode make a match
merupakan pembelajaran dari kartu-kartu yang di dalamnya ada katu pertanyaan
dan ada kartu jawaban. Dengan metode ini mampu membuat siswa lebih aktif, dan
di sini guru sebagai fasilitator yaitu mengarahkan dan memudahkan siswa dalam
menggapai pembelajaran.
c. Persiapan pembelajaran metode make a match
Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika
pembelajaran menggunakan metode make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu
tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lain
berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Persiapan yang harus
dilakukan antara lain:
1) Membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan
tujuan materi yang dipelajari (jumlahnya tergantung tujuan pembelajaran)
kemudian menulisnya dalam kartu-kartu pertanyaan
2) Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
yang telah dibuat dan menulisnya dalam kartu-kartu jawaban. Akan lebih baik
jika kartu pertanyaan dan kartu jawaban berbeda warnanya.
3) Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa
yang berhasil dan sanksi bagi siswa yang gagal (di sini, guru dapat membuat
aturan ini bersama-sama dengan siswa).
4) Menyediakan lembaran untuk mencatat
pasangan-pasangan yang berhasil sekaligus untuk penskoran presentasi.
d. Langkah-langkah metode pembelajaran make a match
Adapun langkah-langkah
metode pembelajaran make a match sebagai berikut:
1) Guru membagi siswa di kelas menjadi 3 kelompok.
Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi
pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu
berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga adalah kelompok penilai.
2) Aturlah posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk
U (bisa dikreasikan, ini hanya saran). Upayakan kelompok pertama dan kelompok
kedua berjajar saling berhadapan.
3) Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi
yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok
pertama maupun kelompok kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari pasangan
pertayaan-jawaban yang cocok dengan batas waktu yang ditentukan. Berikan
kesempatan bagi mereka untuk berdiskusi. Ketika
berdiskusi, alangkah baiknya jika ada musik intrumental (hanya saran)
yang mengiringi aktifitas belajar mereka.
4) Hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara
anggota kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu
jawaban.
5) Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib
menunjukkan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok penilai
kemudian membacakan apakah pasangan pertanyaan-jawaban itu cocok atau tidak.
Dalam hal ini ada 2 (dua) kemungkinan jawaban, karena kelompok penilai belum
tentu benar dalam menilai. Disinilah peran guru sebagai fasilitator untuk
meluruskan.
6) Pada sesi kedua, aturlah kelompok sedemikian rupa
sehingga terjadi pergantian posisi kelompok penilai, kelompok pembawa kartu
soal dan kelompok pembawa jawaban.
7) Ulangi kembali langkah b-e sehingga dirasa sudah
merata untuk seluruh siswa.
8)
Guru memberikan penjelasan mengenai pertanyaan dan jawaban yang benar.[6]
e.
Kelebihan dan kelemahan metode make a match
Metode pembelajaran make a
match mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya yaitu;
1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik
secara kognitif maupun fisik.
2) Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan.
3) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
4) Efektif sebagai melatih keberanian siswa untuk
tampil presentasi.
5)
Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.[7]
Adapun kelemahannya metode
pembelajaran make a match adalah;
1) Jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik
dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang.
2) Jika guru tidak mengontrol siswa dengan baik maka
keadaan kelas akan ribut (bagi kelas yang muridnya lebih dari 30 orang).
3) Guru harus bisa mengontrol waktu, jangan sampai
murid ebih banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.
4) Guru harus bijaksana dalam memberikan hukuman kepada
murid.
5)
Menggunakan metode ini secara terus-menerus akan menimbulkan kebosanan.[8]
Jadi, dalam menggunakan
metode make a match ada kelebihan dan ada pula kelemahannnya. Untuk mengatasi
kelemahan dalam metode make a match guru diharuskan membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dalam setiap pembelajaran.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian prestasi belajar
Prestasi belajar adalah
sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu kata “prestasi” dan “belajar”.
Maka dari itu kita uraikan terlebih dahulu makna “prestasi” dan “belajar”. Prestasi
adalah suatu hasil dari kegiatan yang telah dikerjakan atau diciptakan baik
secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan didapatkan selama
seseorang tidak melakukan kegiatan.[9] Belajar adalah
sebuah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan
aktivitas belajar.[10] Jadi, prestasi
belajar adalah sebuah hasil yang didapatkan dari kegiatan belajar.
Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono
prestasi belajar siswa adalah hasil dari berbagai upaya dan daya yang tercermin
dari partisipasi belajar yang dilakukan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran yang disampaikan oleh guru[11].
b. Fungsi
prestasi belajar
1) Prestasi
belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahua yang telah dikuasai peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan
hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi
menyebutnya sebagai “tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum
manusia”.
3) Prestasi
belajar sebagai bahan informasi dalm inivasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserrta didik dalam meningkatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
berperan sebagai umpan balik daam meningkatkan mutu pendidikan.
4) Prestasi
belajar sebagai indicator internal dan eksternal dari suatu intitusi pendidikan. Indikator tingkat
produktvitas suatu intitusi pendidikan.
Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat .
5)
Prestasi belajar
dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi
fokus utama yang harus
diperhatikan, karena peserta didilklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.[12]
3. Sejarah Kebudayaan Islam
1. Pengertian sejarah kebudayaan Islam
Kata sejarah dalam bahasa
Arab disebut tarih, yang menurut
bahasa berarti ketentuan masa. Sedangkan menurut istilah berarti keterangan
yang telah terjadi dikalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa
yang masih ada.[13]
Kebudayaan adalah hasil
budidaya manusia dalam kehidupan bersama dalam suatu ruang dan waktu, yang
kemudian diwariskan kepada generasi mudanya untuk dikembangkan lebih lanjut
dari generasi ke generasi.[14]
Jadi, sejarah kebudayaan
Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia Muslim dari generasi ke
generasi. Sedangkan Sejarah Kebudayaan Islam yang diajarkan di sekolah-sekolah
saat ini adalah sejarah masyarakat Arab Pra-Islam, riwayat hidup Rasulullah
SAW, sahabat-sahabat dan imam-imam masyhur yang telah menyumbangkan ilmunya
terhadap perkembangan Islam.
2. Tujuan Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
a.
Membangun
kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran,
nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam
rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
b.
Membangun
kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan
sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan
c.
Melatih daya kritis peserta didik untuk
memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
d.
Menumbuhkan
apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam
sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
e.
Mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa
bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya
dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan
kebudayaan dan peradaban Islam.[15]
3. Ruang
Lingkup Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah
Ruang lingkup Mata Pelajaran Sejarah Kebudayan Islam
di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:
a.
Sejarah masyarakat Arab pra-Islam, sejarah
kelahiran dan kerasulan Nabi
Muhammad SAW.
b.
Dakwah Nabi
Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang meliputi
kegigihan dan ketabahannya dalam berdakwah, kepribadian Nabi Muhammad SAW, hijrah Nabi Muhammad SAW ke Thaif, peristiwa Isra’
Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
c.
Peristiwa hijrah
Nabi Muhammad SAW ke Yatsrib, keperwiraan Nabi Muhammad SAW, peristiwa Fathul Makkah, dan peristiwa akhir hayat Rasulullah SAW.
d.
Peristiwa-peristiwa
pada masa khulafaurrasyidin.
e.
Sejarah
perjuangan tokoh agama Islam di daerah masing-masing.
- Metode
Penelitian
1. Jenis
Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh
peneliti adalah jenis penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah
metode penelitian yang dapat menguji secara benar hipotesis yang menyakut
hubungan sebab-akibat. Rancangan penelitian studi eksperimen ini diambil karena
peneliti langsung berpartisipasi dalam proses penelitian, mulai dari awal
sampai dengan berakhirnya penelitian. Peneliti juga mengajarkan mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam tentang silsilah Ali bin Abi Thalib dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif metode make a match.
Adapun penelitian yang peneliti lakukan
ini menggunakan penelitian eksperimen True-Eksperimental
(Postest-Only Control Design), dalam
desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R).
Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok
yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen. Dalam penelitian biasanya
perlakuan (treatment) dianalisis dengan uji beda, pakai statistik t-test
misalnya. Kalu terdapat perbedaan yang signifikan, antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara
signifikan.
2. Popolasi
dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pihaung dari kelas I-VI yang berjumlah
400 orang siswa. Mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan waktu,
biaya serta tenaga, maka penarikan sampel dilakukan secara acak. Sampel yang
diambil dalam penelitian ini hanya kelas VI A dan VI B Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pihaung yang
berjumlah 28 siswa (kelas A 15 dan kelas B 13 siswa). Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara sampling kuota yaitu
teknik penentuan sampel sudah betarget.
3. Jenis
dan Sumber Data
a. Jenis
data
Penelitian
ini mengunakan dua data yaitu data kuantitatif dan kualitatif.
1) Data
kuantitatiif
Data
kuantitatif adalah data hasil observasi atau pengukuran yang dinyatakan dalam
angka-angka. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif berupa data yang
menunjukkan angka dan yang berkaitan dengan permasalahan yang di teliti.
2) Data
kualitatif
Data
kuantitatif adalah data dari hasil observasi atau pengukuran yang terdapat dalam
sampel dan tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka. Data ini diperoleh hasil
observasi dan dokomentasi dari pihak sekolah dan berupa kalimat meliputi
pelaksanaan evaluasi.
b. Sumber
data
Sumber
data penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Sumber primer
adalah siswa-siswi kelas IV A dan IV B, yang menjadi subyek penelitian.
Sedangkan sumber data sekunder adalah kepala sekolah, guru te
4. Teknik
Pengumpulan Data
Data yang diperlukan sebagaimana
tersebut di atas diperoleh dengan metode:
a. Metode
observasi
Secara
umum, observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yag dijadikan sasaran pengamatan.
Metode
obsevasi dalam penelitian dipergunakan untuk mengadakan pengamatan secara
langsung ke tempat lokasi penelitian, keadaan wilayah, letak geografis, keadaan
sasaran dan prasarana serta kondisi pada saat proses pelaksanaan pembelajaran
di Madrasah Ibtidaityah Negeri 4 Pihaung.
b. Metode
dokumentasi
Metode
ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4
Pihaung. Seperti keadaan guru, dan tenaga administrasi, keadaan siswa dan
keadaan sarana dan prasarana.
c. Metode
tes
Metode
tes digunakan untuk mengukur kemampuan individu siswa. Serta peningkatan nilai
siswa sebelum dan sesudah mendapat perlakuan, pada kelas eksperimen. Jenis test
yang diberikan kepada siswa berupa pilihan ganda sebanyak 20 soal. Tes
diberikan pada akhir pembelajaran untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
terhadap materi yang baru saja disampaikan. Hasil dari tes ini akan
dibandingkan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk dianalisis.
5. Teknik
Analisis Data
Terlebih
dahulu
Langkah-langkah
penelitian dalam SPSS
- Buka
data excel
- Buka
SPSS dan memberkan nama pada tabel editor
- Buka
data excel ke data view
- Klik
menu ANALYZE => NONPARAMETRIC => LEGACY DIALOGS SAMPLE K-S
Sehingga
muncul gambar baru seperti berikut ini
- Pindahkan
data “hasil belajar kelas VI A dan hasil belajar kelas VI b ke kotak VARIABLESLIST yang ada di
sebelah kanan dan pastikan kolom “NORMAL” sudah dicentang
- Klik
OK
- Maka
akan keluar output SPSS seperti gambar berikut
6. Sistematika
Penulisan
Untuk mempermudah mengetahui secara
keseluruhan isi dari skripsi ini maka disusun sistematika pembahasan sebagai
berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan,
berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, definisi operasional, tinjauan pustaka, kajian teori, metode
penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab kedua adalah landasan teori yang
digunakan sebagai landasan berfikir dan menganalisis data yang berisikan model
pembelajaran kooperatif metode make a match (yang berisikan pengertian model
pembelajaran kooperatif, metode make a match, persiapan pembelajaran metode
make a match, langkah-langkah pembelajaran metode make a match, serta kelebihan
dan kekurangan metode make a match), pengertian prestasi belajar, dan sejarah
kebudayaan Islam (yang berisikan pengertian sejarah kebudayaan Islam, tujuan
mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam, ruang lingkup mata pelajaran sejarah
kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah).
Bab
ketiga adalah gambaran umum Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pihaung, yang
berisikan sejarah berdiri Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Pihaung, identitas
madrasah, visi dan misi madrasah, tujuan madrasah, keadaan guru, administrasi,
keadaan siswa, dan keadaan prasarana.
Bab
keempat adalah merupakan bab khusus menganalisa data, serta akan menjawab dari
permasalahan-permasalahan yang timbul dalam penelitian.
Bab kelima
merupakan bab penutup yang berupa kesimpulan dan saran sebagai paparan akhir
hasil penelitian.
[1] Agus Suprijono, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi
PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal 46
[2] Istarani, Model Pembelajaran Inovatif, (Medan: Media Pustaka, 2012), hal 58
[3] Kokom Komalasari, Pembelajaran
Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), hal.
62
[4] Agus Suprijono, Cooperatve
Learning....hal. 94-96
[5] Anita Lie, Cooprative
Learning Mempratikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang
Kelas, (Jakarta: Gramedia, 2005), hal.
55
[6] Agus Suprijono, Cooperative Learning..., hal. 94-96
[7] Miftahul Huda, model-model
pengajaran dan pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka belajar, 2013), hal 253
[9] Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,(Surabaya:
Usaha Nasional, 1994), hal.20
[10] Saiful Bahri
Djamarah, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2010), hal. 38
[11] Abu Ahmadi dan
Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008), hal. 138
[12] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip,
Teknik, Prosedur, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011), hal. 12
[13] Zuhairi, dkk.,Sejarah Pendiikan Islam, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2011), hal. 1
[14] Fadil SJ, Pasang Surut Peradapan Islam Dalam Lintasan Sejarah, (Malang:
UIN-Malang, 2008), hal. 15
[15]Peraturan Menteri Agama RI Nomor
2 tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, Pendidikan
Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah dengan Rahmat Tuhan yang Maha Esa,
Menteri Agama Republik Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar