COOVERATIF LEARNING, TEORI DAN APLIKASI
PAIKEM
OLEH AGUS SUPRIJONO
PAIKEM
Pembelajaran
Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan
Dunia pendidikan kita ditandai
oleh disparitas antara pencapaian academic standard dan performance standard.
Faktanya, banyak peserta didik mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik
terhadap materi ajar yang diterimanya, namun pada kenyataannya mereka tidak
memahaminya. Sebagian besar dari peserta didik tidak mampu menghubungkan antara
apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan
dipergunakan/dimanfaatkan. Terdapat jarak cukup jauh antara materi yang
dipelajari dengan peserta didik sebagai insan yang mempelajarinya. Materi yang
dipelajari terpisah dari peserta didik yang mempelajarinya.
Sebagai medium pendekat antara
materi dan peserta didik pada pembelajaran artifisial adalah aktivitas mental
berupa hafalan. Pembelajaran lebih menekankan memorisasi terhadap materi yang
dipelajari daripada struktur yang terdapat di dalam materi itu. Pembelajaran
seperti ini melelahkan dan membosankan. Pembelajaran seharusnya menjadi
aktivitas bermakna yakni pembebasan untuk mengaktualisasi seluruh potensi
kemanusiaan, bukan sebaliknya. Pertanyaannya, bagaimana menemukan cara terbaik
menciptakan pembelajaran bermakna ?
Seiring dengan pengembangan
filsafat konstruktivisme dalam pendidikan selama dekade ini, muncul pemikiran
kritis merenovasi pembelajaran bagi anak bangsa negeri ini menuju pembelajaran
yang berkualitas, humanis, organis, dinamis, dan konstruktif. Salah satu
pemikiran kritis itu adalah pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan atau PAIKEM.
Pembelajaran PAIKEM adalah
pembelajaran bermakna yang dikembangkan dengan cara membantu peserta didik
membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman
(pengetahuan lain) yang telah dimiliki dan dikuasai peserta didik. Peserta
didik dibelajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep dan bagaimana konsep
tersebut dapat dipergunakan di luar kelas. Peserta didik diperkenankan bekerja
secara kooperatif. Praktik PAIKEM membutuhkan kemampuan teoritik dan praktik.
Kemampuan teoritik meliputi arti belajar, dukungan teoritis, model
pembelajararn, dan pembelajaran
kontekstual. Kemampuan praktik adalah mempraktikkan metode-metode
PAIKEM.
BAB 1
|
MEMAHAMI
ARTI BELAJAR
|
A.
Pengertian Belajar
Belajar adalah perubahan disposisi
atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi
tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara
alamiah.Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan
pribadi seutuhnnya.
B.
Prinsip Belajar
Setelah Anda memahami pengertian belajar,
coba Anda pikirkan mengenai prinsip belajar. Dalam hal ini yang Anda pikirkan
apa asas belajar itu. Berikut adalah prinsip-prinsip belajar. Pertama, prinsip
belajar adalah perubahan perilaku, Kedua, belajar merupakan proses. Ketiga,
belajar merupakan bentuk pengalaman.
C.
Tujuan Belajar
Tujuan belajar yang eksplisit
diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan instructional
effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara,
tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim
disebut nurturant effects.
D.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan. Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku
secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja..
BAB 2
|
A.
Pengertian Teori
Teori merupakan perangkat
prinsip-prinsip yang terorganisasi mengenai persitiwa-peritiwa tertentu dalam
lingkungan. Teori diartikan sebagai hubungan kausalitas dari
proposisi-proposisi. Ibarat bangunan, teori tersusun secara kausalitas atas
fakta, variabel/ konsep, dan proposisi.
B.
Teori-Teori Belajar
1.
Teori Perilaku
Teori perilaku berakar
pada pemikiran behaviorisme. Dalam perspektif behaviorisme pembelajaran
diartikan sebagai proses pembentukan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan
balas (respon).
Tokoh-tokoh teori
perilaku yang tergolong dalam pengkondisian klasik adalah Ivan Petrovich
Pavlov, JB Watson, dan Edwin Guthrie. Tokoh-tokoh teori perilaku yang termasuk
dalam pengkondisian operan adalah Edward Lee Thorndike dan Skinner.
2.
Teori Belajar Kognitif
Dalam perspektif teori
kognitif, Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat,
dan menggunakan pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah perseptual.
Konsep-konsep terpenting dalam teori kognitif selain perkembangan kognitif
adalah adaptasi intelektual oleh Jean Peaget, discovery learning oleh Jerome
Bruner, reception learning oleh Ausubel.
3.
Teori konstruktivisme
Seiring upaya perbaikan
kualitas pembelajaran ke arah pembelajaran organis, filsafat konstruktivisme
kian populer di bidang pendidikan pada dekade terakhir ini. Pemikiran filsafat
konstruktivisme mengenai hakikat pengetahuan memberikan sumbangan terhadap
usaha mendekonstruksi pembelajaran mekanis.
Pengetahuan menurut
konstruktivisme bersifat subjektif, bukan objektif. Pengetahuan tidak pernah
tunggal. Pengetahuan merupakan realitas plural.
BAB 3
|
MODEL PEMBELAJARAN
A.
Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran ialah pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun
tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
B.
Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung atau direct
instruction dikenal dengan sebutan active teaching. Pembelajaran langsung juga
dinamakan whole-class teaching. Penyebutan itu mengacu pada gaya mengajar di
mana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan
mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas.
Sintak model pembelajaran langsung
sebagai berikut:
FASE-FASE
|
PERILAKU GURU
|
Fase 1 : Establishing Set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta
didik
|
Menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar
belakang pelajaran, mempersiapkan peserta didik untuk belajar
|
Fase 2 : Demonstrating
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
|
Mendemonstrasikan keterampilan yang benar,
menyajikan informasi tahap demi tahap
|
Fase 4 : Feed back
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
|
Mengecek apakah peserta didik telah berhasil
melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik
|
FASE – FASE
|
PERILAKU GURU
|
Fase 5 : Extended Practice
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan
dan penerapan
|
Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan
lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih
kompleks dalam kehidupan sehari-hari
|
C.
Model Pembelajaran
Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran berbasis sosial. Menurut Anita Lie, model pembelajaran ini
didasarkan pada falsafat homo homini socius. Berlawanan dengan teori Darwin,
falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dialog interaktif
(interaksi sosial) adalah kunci dari semua kehidupan sosial. Tanpa interaksi
sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Dengan kata lain, kerjasama
merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa
kerjasama, tidak akan ada individu, keluarga organisasi, dan kehidupan bersama
lainnya.
Roger dan David Johnson mengatakan
bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk
mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif
harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah:
1.
Positive interdependence
(saling ketergantungan positif).
2.
Personal responsibility
(tanggungjawab perseorangan).
3.
Face to face promotive
interaction ( interaksi promotif).
4.
Interpersonal skill
(komunikasi antaranggota).
5.
Group processing
(pemrosesan kelompok).
Model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi,
menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil
belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan
interdependensi peserta didik dalam struktur tugas, strutur tujuan, dan
struktur reward-nya.
Sintak model pembelajaran
kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase.
FASE – FASE
|
PERILAKU GURU
|
Fase 1 : Present goals and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan
peserta didik
|
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan
peserta didik siap belajar
|
Fase 2 : Present information
Menyajikan informasi
|
Mempresentasikankan informasi kepada peserta
didik secara verbal
|
Fase 3 : Organize students into learning teams
Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim
belajar
|
Memberikan penjelasan kepada peserta didik
tentang tatacara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan
transisi yang efisien
|
Fase 4 : Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar
|
Membantu tim-tim belajar selama peserta didik
mengerjakan tugasnya
|
Fase 5 : Test on the materials
Mengevaluasi
|
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai
berbagai materi pembelajaran atau kelompokkelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
|
Fase 6 : Provide recognition
Memberikan pengakuan atau penghargaan
|
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan
prestasi individu maupun kelompok
|
D.
Model Pembelajaran Berbasis
Masalah
Model pembelajaran berbasis
masalah dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome
Bruner. Konsep tersebut adalah belajar penemuan atau discovery learning.
Mengenai discovery learning, Johnson membedakannya dengan inquiry learning.
Dalam discovery learning, ada pengalaman yang disebut “..Ahaa experience” yang
dapat diartikan seperti, ..Nah, ini dia”. Sebaliknya, inquiry tidak selalu
sampai pada proses tersebut. Hal ini karena proses akhir discovery learning adalah
penemuan, sedangkan inquiry learning proses akhir terletak pada kepuasan
kegiatan meneliti.
Sintak pembelajaran berbasis
masalah sebagai berikut.
FASE – FASE
|
FASE – FASE
|
Fase 1 : Memberikan orientasi tentang
permasalahannya kepada peserta didik
|
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting dan memotivasi peserta
didik untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah
|
Fase 2 : Mengorganisasikan peserta didik untuk
meneliti
|
Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas-tugas belajar terkait dengan permasalahannya
|
Fase 3 : Membantu investigasi mandiri dan
kelompok
|
Guru mendorong peserta didik untuk mendapatkan
informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan
solusi
|
Fase 4 : Mengembangkan dan mempresentasikan
artefak dan exhibit
|
Guru membantu peserta didik dalam merencanakan
dan menyiapkan artefak-artefak yang tepat, seperti laporan, rekaman video,
dan model-model serta membantu mereka untuk menyampaikannya kepada orang lain
|
Fase 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses
mengatasi masalah
|
Guru membantu peserta didik melakukan refleksi
terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan
|
BAB 4
|
PEMBELAJARAN
KONTEKTUAL
A.
Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual atau
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan
mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.
B.
Strategi Pembelajaran
Kontekstual
Berdasarkan Center for
Occupational Research and Development (CORD) penerapan strategi pembelajaran
kontekstual digambarkan sebagai berikut:
1.
Relating
2.
Experiencing
3.
Applying
4.
Cooperating
5.
Transferring
C.
Komponen Pembelajaran
Kontekstual
Ada 7 (tujuh) komponen
pembelajaran kontekstual yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya
(questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling),
refleksi, dan penilaian autentik.
BAB 5
|
METODE-METODE PAIKEM
A.
Metode-Metode Pembelajaran
Kooperatif
1.
Jigsaw
2.
Think – Pair – Share
3.
Numbered Heads Together
4.
Group Investigation
5.
Two Stay Two Stray
6.
Make a Match
7.
Listening Team
8.
Inside-Outside Circle
9.
Bamboo Dancing
10. Point-Counter-Point
11. The Power of Two
12. Listening Team
B.
Metode-Metode Pendukung
Pengembangan Pembelajaran Kooperatif
1.
PQ4R
2.
Guided Note Taking
3.
Snowball Drilling
4.
Concept Mapping
5.
Giving Question and Getting
Answer
6.
Question Student Have
7.
Talking Stick
8.
Everyone is Teacher Here
9.
Tebak Pelajaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar