Rabu, 25 April 2018

buku agus suprijono risume, cooperatif learning


COOVERATIF LEARNING, TEORI DAN APLIKASI PAIKEM
OLEH AGUS SUPRIJONO

PAIKEM
Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan
Dunia pendidikan kita ditandai oleh disparitas antara pencapaian academic standard dan performance standard. Faktanya, banyak peserta didik mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, namun pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. Sebagian besar dari peserta didik tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan/dimanfaatkan. Terdapat jarak cukup jauh antara materi yang dipelajari dengan peserta didik sebagai insan yang mempelajarinya. Materi yang dipelajari terpisah dari peserta didik yang mempelajarinya.
Sebagai medium pendekat antara materi dan peserta didik pada pembelajaran artifisial adalah aktivitas mental berupa hafalan. Pembelajaran lebih menekankan memorisasi terhadap materi yang dipelajari daripada struktur yang terdapat di dalam materi itu. Pembelajaran seperti ini melelahkan dan membosankan. Pembelajaran seharusnya menjadi aktivitas bermakna yakni pembebasan untuk mengaktualisasi seluruh potensi kemanusiaan, bukan sebaliknya. Pertanyaannya, bagaimana menemukan cara terbaik menciptakan pembelajaran bermakna ?
Seiring dengan pengembangan filsafat konstruktivisme dalam pendidikan selama dekade ini, muncul pemikiran kritis merenovasi pembelajaran bagi anak bangsa negeri ini menuju pembelajaran yang berkualitas, humanis, organis, dinamis, dan konstruktif. Salah satu pemikiran kritis itu adalah pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan atau PAIKEM.
Pembelajaran PAIKEM adalah pembelajaran bermakna yang dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah dimiliki dan dikuasai peserta didik. Peserta didik dibelajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep dan bagaimana konsep tersebut dapat dipergunakan di luar kelas. Peserta didik diperkenankan bekerja secara kooperatif. Praktik PAIKEM membutuhkan kemampuan teoritik dan praktik. Kemampuan teoritik meliputi arti belajar, dukungan teoritis, model pembelajararn, dan pembelajaran
BAB 1
kontekstual. Kemampuan praktik adalah mempraktikkan metode-metode PAIKEM.
MEMAHAMI
ARTI BELAJAR
 




A.   Pengertian Belajar
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan pribadi seutuhnnya.
B.    Prinsip Belajar
Setelah Anda memahami pengertian belajar, coba Anda pikirkan mengenai prinsip belajar. Dalam hal ini yang Anda pikirkan apa asas belajar itu. Berikut adalah prinsip-prinsip belajar. Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku, Kedua, belajar merupakan proses. Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman.
C.    Tujuan Belajar
Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut nurturant effects.
D.   Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja..



BAB 2
DUKUNGAN TEORITIS


A.   Pengertian Teori
Teori merupakan perangkat prinsip-prinsip yang terorganisasi mengenai persitiwa-peritiwa tertentu dalam lingkungan. Teori diartikan sebagai hubungan kausalitas dari proposisi-proposisi. Ibarat bangunan, teori tersusun secara kausalitas atas fakta, variabel/ konsep, dan proposisi.
B.    Teori-Teori Belajar
1.    Teori Perilaku
Teori perilaku berakar pada pemikiran behaviorisme. Dalam perspektif behaviorisme pembelajaran diartikan sebagai proses pembentukan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan balas (respon).
Tokoh-tokoh teori perilaku yang tergolong dalam pengkondisian klasik adalah Ivan Petrovich Pavlov, JB Watson, dan Edwin Guthrie. Tokoh-tokoh teori perilaku yang termasuk dalam pengkondisian operan adalah Edward Lee Thorndike dan Skinner.
2.    Teori Belajar Kognitif
Dalam perspektif teori kognitif, Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah perseptual. Konsep-konsep terpenting dalam teori kognitif selain perkembangan kognitif adalah adaptasi intelektual oleh Jean Peaget, discovery learning oleh Jerome Bruner, reception learning oleh Ausubel.
3.    Teori konstruktivisme
Seiring upaya perbaikan kualitas pembelajaran ke arah pembelajaran organis, filsafat konstruktivisme kian populer di bidang pendidikan pada dekade terakhir ini. Pemikiran filsafat konstruktivisme mengenai hakikat pengetahuan memberikan sumbangan terhadap usaha mendekonstruksi pembelajaran mekanis.
Pengetahuan menurut konstruktivisme bersifat subjektif, bukan objektif. Pengetahuan tidak pernah tunggal. Pengetahuan merupakan realitas plural.
BAB 3
 


MODEL PEMBELAJARAN

A.   Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
B.    Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung atau direct instruction dikenal dengan sebutan active teaching. Pembelajaran langsung juga dinamakan whole-class teaching. Penyebutan itu mengacu pada gaya mengajar di mana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas.
Sintak model pembelajaran langsung sebagai berikut:
FASE-FASE
PERILAKU GURU
Fase 1 : Establishing Set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, mempersiapkan peserta didik untuk belajar
Fase 2 : Demonstrating
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, menyajikan informasi tahap demi tahap
Fase 4 : Feed back
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Mengecek apakah peserta didik telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik
FASE – FASE
PERILAKU GURU
Fase 5 : Extended Practice
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari

C.    Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran berbasis sosial. Menurut Anita Lie, model pembelajaran ini didasarkan pada falsafat homo homini socius. Berlawanan dengan teori Darwin, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dialog interaktif (interaksi sosial) adalah kunci dari semua kehidupan sosial. Tanpa interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Dengan kata lain, kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama, tidak akan ada individu, keluarga organisasi, dan kehidupan bersama lainnya.
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah:
1.    Positive interdependence (saling ketergantungan positif).
2.    Personal responsibility (tanggungjawab perseorangan).
3.    Face to face promotive interaction ( interaksi promotif).
4.    Interpersonal skill (komunikasi antaranggota).
5.    Group processing (pemrosesan kelompok).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan interdependensi peserta didik dalam struktur tugas, strutur tujuan, dan struktur reward-nya.
Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase.
FASE – FASE
PERILAKU GURU
Fase 1 : Present goals and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar
Fase 2 : Present information
Menyajikan informasi
Mempresentasikankan informasi kepada peserta didik secara verbal
Fase 3 : Organize students into learning teams
Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tatacara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4 : Assist team work and study Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya
Fase 5 : Test on the materials
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompokkelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6 : Provide recognition
Memberikan pengakuan atau penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

D.   Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah belajar penemuan atau discovery learning. Mengenai discovery learning, Johnson membedakannya dengan inquiry learning. Dalam discovery learning, ada pengalaman yang disebut “..Ahaa experience” yang dapat diartikan seperti, ..Nah, ini dia”. Sebaliknya, inquiry tidak selalu sampai pada proses tersebut. Hal ini karena proses akhir discovery learning adalah penemuan, sedangkan inquiry learning proses akhir terletak pada kepuasan kegiatan meneliti.
Sintak pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut.
FASE – FASE
FASE – FASE
Fase 1 : Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada peserta didik
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting dan memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah
Fase 2 : Mengorganisasikan peserta didik untuk meneliti
Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar terkait dengan permasalahannya
Fase 3 : Membantu investigasi mandiri dan kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi
Fase 4 : Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit
Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan artefak-artefak yang tepat, seperti laporan, rekaman video, dan model-model serta membantu mereka untuk menyampaikannya kepada orang lain
Fase 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
Guru membantu peserta didik melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan

BAB 4
 

PEMBELAJARAN KONTEKTUAL


A.   Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
B.    Strategi Pembelajaran Kontekstual
Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD) penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan sebagai berikut:
1.    Relating
2.    Experiencing
3.    Applying
4.    Cooperating
5.    Transferring
C.    Komponen Pembelajaran Kontekstual
Ada 7 (tujuh) komponen pembelajaran kontekstual yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi, dan penilaian autentik.


BAB 5
 


METODE-METODE PAIKEM

A.   Metode-Metode Pembelajaran Kooperatif
1.    Jigsaw
2.    Think – Pair – Share
3.    Numbered Heads Together
4.    Group Investigation
5.    Two Stay Two Stray
6.    Make a Match
7.    Listening Team
8.    Inside-Outside Circle
9.    Bamboo Dancing
10. Point-Counter-Point
11. The Power of Two
12. Listening Team
B.    Metode-Metode Pendukung Pengembangan Pembelajaran Kooperatif
1.    PQ4R
2.    Guided Note Taking
3.    Snowball Drilling
4.    Concept Mapping
5.    Giving Question and Getting Answer
6.    Question Student Have
7.    Talking Stick
8.    Everyone is Teacher Here
9.    Tebak Pelajaran


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

cooveratif learning oleh Ahmad Noor Fatirul, Drs. ST. M.Pd.

COOPERATIVE LEARNING Oleh Ahmad Noor Fatirul, Drs. ST. M.Pd. A.   Pendahuluan Sebagai sebuah model pengajaran, pembelajaran koope...