BAB II
PEMBAHASAN
A.
Mata
Pelajaran Seni Budaya
Pendidikan
Seni Budaya diberikan di sekolah karena keunikan perannya yang tak mampu
diemban oleh mata pelajaran lain. Keunikan tersebut terletak pada pemberian
pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi dan berapresiasi melalui
pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar tentang
seni.”
Menurut
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah (2006) menyatakan bahwa:
“Muatan
seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2005: 455, tentang Standar Nasional Pendidikan tidak
hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi
segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya, aspek budaya tidak
dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata
pelajaran Seni Budaya pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis
budaya.”[1]
Jadi,
pendidikan seni budaya dijadikan mata pelajaran di sekolah karena ia mempunyai
peranan yang unik untuk mendampingi tumbuh kembang anak. Pendidikan Seni Budaya
memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan
memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multi kecerdasan yang
terdiri atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal,
linguistik, logik matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas (AQ),
kreativitas (CQ), spiritual dan moral (SQ).
Mata
pelajaran Seni Budaya meliputi beberapa aspek, menurut Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (2006: 456) sebagai
berikut:
1.
Seni rupa, mencakup keterampilan tangan dalam
menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-mencetak, dan
sebagainya.
2.
Seni musik, mencakup kemampuan untuk menguasai
olah vokal, memainkan alat musik, apresiasi karya musik.
3.
Seni tari, mencakup keterampilan gerak
berdasarkan olah tubuh dengan dan tanpa rangsangan bunyi, apresiasi terhadap
gerak tari.
4.
Seni teater, mencakup keterampilan olah tubuh,
olah pikir, dan olah suara yang pementasannya memadukan unsur seni musik, seni
tari dan seni peran.
Di
antara keempat bidang seni yang ditawarkan, minimal diajarkan satu bidang seni
sesuai dengan kemampuan sumber daya manusia serta fasilitas yang tersedia. Pada
sekolah yang mampu menyelenggarakan pembelajaran lebih dari satu bidang seni,
peserta didik diberi kesempatan untuk memilih bidang seni yang akan diikutinya
(Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, 2006: 455-456).[2]
Jadi,
menurut Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, meskipun pendidikan seni mempunyai banyak cabang tetapi peserta didik
tetap diarahkan pada satu bidang yang ia pilih atau yang diminati. Guru hanya
mengembangkan bidang yang sudah anak pilih.
B.
Gambar
Dekoratif
Gambar dekoratif adalah gambar yang bercorak
dekor. Gambar dekor tidak menampakan isi, jarak, perspektif, dan tidak
menyerupai bentuk yang sebenarnya. Gambar dekor tampak pipih dan datar. Gambar
dekor sering dipakai sebagai penghias bidang datar.
Menurut Sukaryono (2009) gambar dekoratif
adalah menggambar bentuk-bentuk yang tujuannya menghias bidang datar.
Menggambar hiasan yang disebut juga dengan menggambar dekorasi atau disebut
menggambar ornamen.[3]
Jadi, gambar dekoratif adalah proses menghias
gambar untuk menambahkan keindahan pada sebuah bidang atau objek lainnya yang
dapat diterapkan pada berbagai media dengan berbagai teknik.
1.
Jenis motif gambar dekoratif
Menurut
motifnya menggambar dekoratif atau menggambar hias ini dibedakan menjadi dua
yaitu bentuk geometris dan bentuk stilasi. Adapun penjelasannya sebagai
berikut:
a.
Motif geometris (ilmu ukur): Dikatakan bentuk
geometri karena bentuk-bentuk hiasan pada gambar dekorasi itu mempunyai bentuk
yang menyerupai bentuk-bentuk ilmu ukur. Misalnya, bentuk segi empat, bujur
sangkar, lingkaran, trapesium, belah ketupat yang kesemuanya itu memiliki
ukuran yang tepat.
b.
Bentuk Stilasi atau motif stilasi adalah
mengubah bentuk benda dengan tujuan membuat bentuk itu sebagai hiasan dengan
cara memperindah bentuk ataupun warnanya.
2.
Unsur-unsur dekoratif
a.
Ornamen
Ornamen
berasal dari bahasa latin ornare yang berarti menghias, dan ornementum
yang berarti perhiasan, hiasan, kelengkapan hiasan, keindahan. Sedangkan
menurut Mikke Susanto (2011: 284), ornamen adalah hiasan yang dibuat dengan
digambar, dipahat, maupun dicetak, untuk mendukung meningkatnya kualitas dan
nilai pada suatu benda atau karya seni.[4]
Jadi,
ornamen adalah setiap hiasan bergaya geometrik atau bergaya lain, ornamen
dibuat dari bentuk kerajinan tangan, untuk menambah nilai keindahannya dan
akhirnya pula akan menambah nilai finansial dari benda tersebut.
Fungsi
ornamen penghias secara keseluruhan menyangkut segi keindahaan, misalnya untuk
menambah keindaahan suatu barang sehingga lebih bagus dan menarik. Selanjutnya
ornamen sering terdapat nilai-nilai simbolik atau maksud-maksud tertentu. Bisa
berhubungan dengan pandangan hidup (falsafah hidup) dari manusia atau
masyarakat pembuatnya. Bahkan berkaitan dengan benda-benda yang diterapinya
memiliki arti (makna yang mendalam) dengan disertai harapan-harapan yang
tertentu pula.[5]
Ornamen
atau ragam hias memiliki unsur-unsur rupa yang menjadi dasar dalam
pembuatannya. Sebuah desain ragam hias terdiri dari kumpulan elemen-elemen rupa
yang membentuk suatu kesatuan, dan kemudian disebut dengan unsur-unsur desain.
Unsur-unsur desain ornamen meliputi:[6]
1)
Garis
Garis adalah sebuah titik yang diperpanjang
akan menjadi sebuah garis. Selain itu Francis juga menyebutkan bahwa garis memiliki
panjang, arah dan posisi.
2)
Bidang
Bidang
merupakan sebuah garis yang diperluas akan menjadi senuah bidang. Sebuah bidang
akan memiliki panjang dan lebar, wujud,permukaan, orientasi dan posisi. Dan
sebuah Bidang yang dikembangkan akanmenjadi sebuah ruang.
3)
Betuk
Bentuk
adalah gambar (figure) dapat berupa dua dimensi atau tiga dimensi. Semua
benda alam atau buatan manusia memiliki bentuk seperti bulat, persegi,
segitiga, ornamental, atau tak teratur. Sebuah bentuk akan berbeda sifatnya
apabila diberi warna gelap atau terang.
4)
Warna
Warna
merupakan sebuah fenomena pencahayaan dan persepsi visual yang menjelaskan
persepsi individu dalam corak, intensitas dan nada. Warna adalah atribut yang
paling menyolok membedakan suatu bentuk dari lingkungannya. Warna juga
mempengaruhi bobot visual suatu bentuk.
5)
Tekstur
Tekstur
adalah kualitas yang dapat diraba dan dapat dilihat yang diberikan ke permukaan
oleh ukuran, bentuk, pengaturan dan proporsi bagian benda. Tekstur juga
menentukan sampai dimana permukaan suatu bentuk memantulkan atau menyerap
cahaya datang.
b.
Motif
Ragam
hias disebut juga ornamen, merupakan salah satu bentuk karya seni rupa yang
sudah berkembang sejak zaman prasejarah, Indonesia sebagai negara kepulauan
yang memiliki keragaman budaya memiliki banyak ragam hias. Sedangkan ragam hias
atau ornamen terdiri dari berbagai jenis motif dan motif-motif itulah yang
digunakan sebagai penghias. Oleh karena itu motif adalah dasar untuk menghias
suatu ornamen. Motif dalam ornamen meliputi:[7]
1)
Motif geometris
Pola-pola
abstrak merupakan citra paling awal yang dihasilkan manusia dalam menggambarkan
berbagai fenomena yang seringkali tampak lebih realistik selain representasi
binatang dan manusia. Pola-pola abstrak ini diantaranya adalah bentuk-bentuk
zig-zag, meander, spiral atau pilin, dan sulur-suluran. Bentuk-bentuk abstrak
semacam itu ada yang berkedudukan sekedar hiasan, tetapi banyak juga yang
diinterpretasikan secara beragam sebagai simbol.
2)
Motif tumbuhan
Selain
dalam bentuk geometris, ornamen berbentuk motif yang mengacu pada tumbuhan juga
mempunyai fungsi sakral atau simbolik yang melekat pada ornamen dalam rupa
tumbuhan dilatari oleh konsepsi atau pandangan suatu masyarakat terhadap
jenis-jenis tumbuhan tertentu.
3)
Motif hias binatang
Motif
hias binatang telah dikenal mulai masa pra-sejarah dan berkembang sampai
sekarang. Penggambarannya pada umumnya digubah sedemikian rupa, namun masih
tetap menampakkan bentuk aslinya. Setiap binatang yang digambarkan mempunyai
nilai-nilai simbolis tertentu.
4)
Motif hias manusia
Bentuk
manusia sejak pada masa pra-sejarah telah menjadi pola suatu ragam hias, karena
seluruh tubuh manusia dianggap mempunyai nilai simbolis, terutama bagian wajah
dan anggota badan lainnya.
Jadi,
motif dalam konteks ini dapat diartikan sebagai elemen pokok dalam seni
ornamen, ia merupakan bentuk dasar dalam penciptaan atau perwujudan suatu karya
ornamen. Motif yang bisa kita gunakan untuk anak-anak dasar biasanya yang ada
disekitarnya misalnya, motif geometris, tumbuhan, hewan dan manusia itu
sendiri.
c.
Pola
Pola
adalah suatu hasil susunan atau pengorganisasian dari motif tertentu dalam
bentuk dan komposisi tertentu pula. Contohnya pola hias batik, pola hias
Majapahit, Jepara, Bali, Mataram dan lain-lain.Penyusunan pola dilakukan dengan
jalan menebarkan motif secara berulang-ulang, jalin-menjalin, selang-seling,
berderet, atau variasi satu motif dengan motif lainnya.[8] Jadi,
pola adalah bentuk, model atau lebih abstrak, suatu set peraturan, yang bisa
dipakai untuk membuat atau menghasilkan sesuatu. Secara ringkasnya pola adalah
penyebaran atau penyusunan dari motif-motif.
Hal-hal yang terkait dengan pembuatan pola
adalah :[9]
1)
Pola hias tumpal
Pada
Dasarnya pola hias Tumpal menggunakan bidang segitiga sama kaki yang di
ulang-ulang secara berderet.
2)
Pola hias meander
Pada
dasarnya pola hias mender adalah berupa huruf T yang disusun berderet dan
berbalikan. Karena mengalami perkembangan dijumpai berbagai macam mender
misalnya mender yang dibuat garis-garis tegak,miring dan ada pula yang dibuat
dengan bantuan garis lengkung.[10]
Jadi, Pola
memiliki fungsi sebagai arahan dalam membuat suatu bentuk yaitu sebagai
pegangan dalam pembuatan agar tidak menyimpang dari bentuk atau motif yang
direncanakan, sehingga hasil karya sesuai dengan gagasan yang diungkapkan.
C.
Sumber Bunyi
Sumber
bunyi adalah semua benda yang mengeluarkan bunyi. Bunyi ditimbulkan oleh satu
benda yang bergetar, kemudian melalui udara bunyi tersebut sampai ketelinga
manusia. Jika sumber bunyi bergetar dengan cepat maka bunyi yang dihasilkan
tinggi, jika sumber bunyi getarannya lambat bunyi kedengaram rendah. Bunyi
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Sumber Bunyi Alam
Sumber
bunyi alam yaitu suara manusia, suara binatang dan suara alam.
2. Sumber Bunyi Buatan
Sumber
bunyi buatan yaitu benda yang mengeluarkan suara. Baik berupa alat musik yang
ditiup, dipetik, digesek, dipukul dan ditekan. Ataupun benda yang lainnya yang
menghasilkan suara seperti botol, piring, bambu, gelas dan lain-lain[11]
Dengan adanya beragam bunyi maka
menghasilkan nada, melodi dan irama.
1. Nada
Nada
adalah rangkaian bunyi yang teratur. Nada dilambangkan dengan not, deretan nada
atau not disebut solmisasi. Dalam silmosasi ada tujuh sebutan pokok yaitu do,
re, mi, fa, sol, la, si.[12]Nada
merupakan bagian terkecil lagu. Nada (tone) dalam pengertian musik adalah suara
yang mempunyai getaran tertentu dan mempunyai ketinggian tertentu.[13]
Rangkaian
nada atau not dilambangkan dengan angka :
Angka
satu (1) melambangkan nada do
Angka
dua (2) melambangkan nada re
Angka
tiga (3) melambangkan nada mi
Angka
empat (4) melambangkan nada fa
Angka
lima (5) melambangkan nada sol
Angka
enam (6) melambangkan la
Angka
tujuh (7) melambangkan si
2. Melodi
Melodi
adalah beberapa rangkaian nada yang dibunyikan secara berurutan jumlah
nada tidak tertentu ada yang panjang ada yang pendek.[14]
Melodi adalah nada-nada yang disusun secara horizontal dengan lompatan
(interval) tertentu. Melodi inilah yang kemudian menjadi kalimat lagu dan
terdiri dari frase-frase serta tema tertentu. Deretan melodi kemudian menjadi
lagu.[15]
3.
Melodi
Melodi
merupakan serangkaian nada-nada yang bervariasi pitch dan durasinya yang
membentuk suatu ide musikal yang terdengar menyenangkan. Nada-nada tersebut
disusu dengan pola yakni adanya permulaan dan pengakhiran yang mengandung suatu rasa dari arah, bentuk
dan kesinambungannya.[16]
Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa melodi adalah suatu rangkaian nada
yang terbentuk dari perubahan-perubahan tangga nada dalam kaitannnya dengan
irama, tempo, bentuk dan sebaginya.
4. Irama
Irama
adalah urutan rangkaian gerak yang menjadi unsur dasar musik dari tari
(jumalus, 1989). M. Soekarno (1986) menyatakan irama sebagai gerak yang
teratur, dimana irama selalu mengikuti jalan melodi. Akan tetapi irama akan
tetap berjalan walaupun melodi berhenti, sampai lagu berhenti.[17]
Adapun pola irama adalah sekelompok bunyi dengan susunan tertentu dalam satu atau beberapa yang
birama yang muncul secara berulang-ulang dan teratur dalam sebuah lagu.
Beberapa pola irama adalah sebagia berikut:
a.
Pola irama rata : merupakan
pola irama dengan pembagian yang rata (sama atas pulsa).
b.
Pola irama tidak rata:
merupakan pola irama yang pembagian antara pola dengan pulsa tidak sama.
c.
Pola sincope; terjadi
apabila aksen kuat pindakan dari pulsa yang seharusnya mendapat tekanan ke
pulsa yang seharusnya tidak mendapat tekanan.
d.
Pola suku bangsa; merupakan
ciri khas yang berakiatan dengan irama musik yang digunakan oleh suku, daerah
atau bangsa. Misalnya: irama melayu, india, latin, arab, tanggo dan sebagainya.
e.
Pola ostinato; merupakan
pola irama yang dinyayikan berulang-ulang. Jika ebih dari satu macam disebut
ostinati.
f.
Polirotmik; menggunakan
bermacam polairama secara
serentak.
g.
Polimerik : penggunaan pola
irama yang berbeda antara satu instrumen dengan instrumen lainnya.[18]
[1]Rizta Noor
Annisa, Pengembangan Modul Pembelajaran Dekoratif Mata Pelajaran Seni
Budaya dan Keterampilan Untuk Siswa Kelas V SD,( Yogyakarta: Universitas
NegeriYogyakarta,2016), hal. 9
[2]Rizta Noor
Annisa, Pengembangan Modul Pembelajaran Dekoratif,….hal. 9-10
[3]Rizta Noor
Annisa, Pengembangan Modul Pembelajaran Dekoratif,….hal. 11
[4]Amirna Tita
Listiana, Objek Binatang Dalam Lukisan Dekoratif Ornamentik, (Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta, 2013), hal. 23
[5]Ayu Kartini, Analisis
Penerapan Ornamen Bernuansa Melayu Ditinjau Dari Bentuk Dan Warna Di Kota
Medan, (Medan: Universitas Negri Medan, 2014), hal. 9
[6]Ayu Kartini, Analisis
Penerapan Ornamen Bernuansa Melayu,….hal. 34-40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar