Jumat, 02 Maret 2018

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Mata Pelajaran Seni Budaya
      Pendidikan Seni Budaya diberikan di sekolah karena keunikan perannya yang tak mampu diemban oleh mata pelajaran lain. Keunikan tersebut terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.”
Menurut Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (2006) menyatakan bahwa:
      “Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005: 455, tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya.”[1]
      Jadi, pendidikan seni budaya dijadikan mata pelajaran di sekolah karena ia mempunyai peranan yang unik untuk mendampingi tumbuh kembang anak. Pendidikan Seni Budaya memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multi kecerdasan yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal, linguistik, logik matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas (AQ), kreativitas (CQ), spiritual dan moral (SQ).
Mata pelajaran Seni Budaya meliputi beberapa aspek, menurut Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (2006: 456) sebagai berikut:
1.      Seni rupa, mencakup keterampilan tangan dalam menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-mencetak, dan sebagainya.
2.      Seni musik, mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal, memainkan alat musik, apresiasi karya musik.
3.      Seni tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengan dan tanpa rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari.
4.      Seni teater, mencakup keterampilan olah tubuh, olah pikir, dan olah suara yang pementasannya memadukan unsur seni musik, seni tari dan seni peran.
      Di antara keempat bidang seni yang ditawarkan, minimal diajarkan satu bidang seni sesuai dengan kemampuan sumber daya manusia serta fasilitas yang tersedia. Pada sekolah yang mampu menyelenggarakan pembelajaran lebih dari satu bidang seni, peserta didik diberi kesempatan untuk memilih bidang seni yang akan diikutinya (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2006: 455-456).[2]
      Jadi, menurut Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, meskipun pendidikan seni mempunyai banyak cabang tetapi peserta didik tetap diarahkan pada satu bidang yang ia pilih atau yang diminati. Guru hanya mengembangkan bidang yang sudah anak pilih.



B.     Gambar Dekoratif
Gambar dekoratif adalah gambar yang bercorak dekor. Gambar dekor tidak menampakan isi, jarak, perspektif, dan tidak menyerupai bentuk yang sebenarnya. Gambar dekor tampak pipih dan datar. Gambar dekor sering dipakai sebagai penghias bidang datar.
Menurut Sukaryono (2009) gambar dekoratif adalah menggambar bentuk-bentuk yang tujuannya menghias bidang datar. Menggambar hiasan yang disebut juga dengan menggambar dekorasi atau disebut menggambar ornamen.[3]
Jadi, gambar dekoratif adalah proses menghias gambar untuk menambahkan keindahan pada sebuah bidang atau objek lainnya yang dapat diterapkan pada berbagai media dengan berbagai teknik.
1.      Jenis motif gambar dekoratif
Menurut motifnya menggambar dekoratif atau menggambar hias ini dibedakan menjadi dua yaitu bentuk geometris dan bentuk stilasi. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
                                                  a.      Motif geometris (ilmu ukur): Dikatakan bentuk geometri karena bentuk-bentuk hiasan pada gambar dekorasi itu mempunyai bentuk yang menyerupai bentuk-bentuk ilmu ukur. Misalnya, bentuk segi empat, bujur sangkar, lingkaran, trapesium, belah ketupat yang kesemuanya itu memiliki ukuran yang tepat.
                                                  b.      Bentuk Stilasi atau motif stilasi adalah mengubah bentuk benda dengan tujuan membuat bentuk itu sebagai hiasan dengan cara memperindah bentuk ataupun warnanya.
2.      Unsur-unsur dekoratif
                                                  a.      Ornamen
     Ornamen berasal dari bahasa latin ornare yang berarti menghias, dan ornementum yang berarti perhiasan, hiasan, kelengkapan hiasan, keindahan. Sedangkan menurut Mikke Susanto (2011: 284), ornamen adalah hiasan yang dibuat dengan digambar, dipahat, maupun dicetak, untuk mendukung meningkatnya kualitas dan nilai pada suatu benda atau karya seni.[4]
     Jadi, ornamen adalah setiap hiasan bergaya geometrik atau bergaya lain, ornamen dibuat dari bentuk kerajinan tangan, untuk menambah nilai keindahannya dan akhirnya pula akan menambah nilai finansial dari benda tersebut.
     Fungsi ornamen penghias secara keseluruhan menyangkut segi keindahaan, misalnya untuk menambah keindaahan suatu barang sehingga lebih bagus dan menarik. Selanjutnya ornamen sering terdapat nilai-nilai simbolik atau maksud-maksud tertentu. Bisa berhubungan dengan pandangan hidup (falsafah hidup) dari manusia atau masyarakat pembuatnya. Bahkan berkaitan dengan benda-benda yang diterapinya memiliki arti (makna yang mendalam) dengan disertai harapan-harapan yang tertentu pula.[5]
     Ornamen atau ragam hias memiliki unsur-unsur rupa yang menjadi dasar dalam pembuatannya. Sebuah desain ragam hias terdiri dari kumpulan elemen-elemen rupa yang membentuk suatu kesatuan, dan kemudian disebut dengan unsur-unsur desain. Unsur-unsur desain ornamen meliputi:[6]



1)      Garis
           Garis adalah sebuah titik yang diperpanjang akan menjadi sebuah garis. Selain itu Francis juga menyebutkan bahwa garis memiliki panjang, arah dan posisi.
2)      Bidang
           Bidang merupakan sebuah garis yang diperluas akan menjadi senuah bidang. Sebuah bidang akan memiliki panjang dan lebar, wujud,permukaan, orientasi dan posisi. Dan sebuah Bidang yang dikembangkan akanmenjadi sebuah ruang.
3)      Betuk
           Bentuk adalah gambar (figure) dapat berupa dua dimensi atau tiga dimensi. Semua benda alam atau buatan manusia memiliki bentuk seperti bulat, persegi, segitiga, ornamental, atau tak teratur. Sebuah bentuk akan berbeda sifatnya apabila diberi warna gelap atau terang.
4)      Warna
           Warna merupakan sebuah fenomena pencahayaan dan persepsi visual yang menjelaskan persepsi individu dalam corak, intensitas dan nada. Warna adalah atribut yang paling menyolok membedakan suatu bentuk dari lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual suatu bentuk.
5)      Tekstur
           Tekstur adalah kualitas yang dapat diraba dan dapat dilihat yang diberikan ke permukaan oleh ukuran, bentuk, pengaturan dan proporsi bagian benda. Tekstur juga menentukan sampai dimana permukaan suatu bentuk memantulkan atau menyerap cahaya datang.



                                                  b.      Motif
     Ragam hias disebut juga ornamen, merupakan salah satu bentuk karya seni rupa yang sudah berkembang sejak zaman prasejarah, Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya memiliki banyak ragam hias. Sedangkan ragam hias atau ornamen terdiri dari berbagai jenis motif dan motif-motif itulah yang digunakan sebagai penghias. Oleh karena itu motif adalah dasar untuk menghias suatu ornamen. Motif dalam ornamen meliputi:[7]
1)      Motif geometris
            Pola-pola abstrak merupakan citra paling awal yang dihasilkan manusia dalam menggambarkan berbagai fenomena yang seringkali tampak lebih realistik selain representasi binatang dan manusia. Pola-pola abstrak ini diantaranya adalah bentuk-bentuk zig-zag, meander, spiral atau pilin, dan sulur-suluran. Bentuk-bentuk abstrak semacam itu ada yang berkedudukan sekedar hiasan, tetapi banyak juga yang diinterpretasikan secara beragam sebagai simbol.
2)      Motif tumbuhan
            Selain dalam bentuk geometris, ornamen berbentuk motif yang mengacu pada tumbuhan juga mempunyai fungsi sakral atau simbolik yang melekat pada ornamen dalam rupa tumbuhan dilatari oleh konsepsi atau pandangan suatu masyarakat terhadap jenis-jenis tumbuhan tertentu.
3)      Motif hias binatang
            Motif hias binatang telah dikenal mulai masa pra-sejarah dan berkembang sampai sekarang. Penggambarannya pada umumnya digubah sedemikian rupa, namun masih tetap menampakkan bentuk aslinya. Setiap binatang yang digambarkan mempunyai nilai-nilai simbolis tertentu.
4)      Motif hias manusia
            Bentuk manusia sejak pada masa pra-sejarah telah menjadi pola suatu ragam hias, karena seluruh tubuh manusia dianggap mempunyai nilai simbolis, terutama bagian wajah dan anggota badan lainnya.
     Jadi, motif dalam konteks ini dapat diartikan sebagai elemen pokok dalam seni ornamen, ia merupakan bentuk dasar dalam penciptaan atau perwujudan suatu karya ornamen. Motif yang bisa kita gunakan untuk anak-anak dasar biasanya yang ada disekitarnya misalnya, motif geometris, tumbuhan, hewan dan manusia itu sendiri.
                                                  c.      Pola
     Pola adalah suatu hasil susunan atau pengorganisasian dari motif tertentu dalam bentuk dan komposisi tertentu pula. Contohnya pola hias batik, pola hias Majapahit, Jepara, Bali, Mataram dan lain-lain.Penyusunan pola dilakukan dengan jalan menebarkan motif secara berulang-ulang, jalin-menjalin, selang-seling, berderet, atau variasi satu motif dengan motif lainnya.[8]    Jadi, pola adalah bentuk, model atau lebih abstrak, suatu set peraturan, yang bisa dipakai untuk membuat atau menghasilkan sesuatu. Secara ringkasnya pola adalah penyebaran atau penyusunan dari motif-motif.



Hal-hal yang terkait dengan pembuatan pola adalah :[9]
1)      Pola hias tumpal
Pada Dasarnya pola hias Tumpal menggunakan bidang segitiga sama kaki yang di ulang-ulang secara berderet.
2)      Pola hias meander
           Pada dasarnya pola hias mender adalah berupa huruf T yang disusun berderet dan berbalikan. Karena mengalami perkembangan dijumpai berbagai macam mender misalnya mender yang dibuat garis-garis tegak,miring dan ada pula yang dibuat dengan bantuan garis lengkung.[10]
     Jadi, Pola memiliki fungsi sebagai arahan dalam membuat suatu bentuk yaitu sebagai pegangan dalam pembuatan agar tidak menyimpang dari bentuk atau motif yang direncanakan, sehingga hasil karya sesuai dengan gagasan yang diungkapkan.
C.    Sumber Bunyi
      Sumber bunyi adalah semua benda yang mengeluarkan bunyi. Bunyi ditimbulkan oleh satu benda yang bergetar, kemudian melalui udara bunyi tersebut sampai ketelinga manusia. Jika sumber bunyi bergetar dengan cepat maka bunyi yang dihasilkan tinggi, jika sumber bunyi getarannya lambat bunyi kedengaram rendah. Bunyi dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.      Sumber Bunyi Alam
Sumber bunyi alam yaitu suara manusia, suara binatang dan suara alam.
2.      Sumber Bunyi Buatan
Sumber bunyi buatan yaitu benda yang mengeluarkan suara. Baik berupa alat musik yang ditiup, dipetik, digesek, dipukul dan ditekan. Ataupun benda yang lainnya yang menghasilkan suara seperti botol, piring, bambu, gelas dan lain-lain[11]
Dengan adanya beragam bunyi maka menghasilkan nada, melodi dan irama.
1.      Nada
            Nada adalah rangkaian bunyi yang teratur. Nada dilambangkan dengan not, deretan nada atau not disebut solmisasi. Dalam silmosasi ada tujuh sebutan pokok yaitu do, re, mi, fa, sol, la, si.[12]Nada merupakan bagian terkecil lagu. Nada (tone) dalam pengertian musik adalah suara yang mempunyai getaran tertentu dan mempunyai ketinggian tertentu.[13]
Rangkaian nada atau not dilambangkan dengan angka :       
Angka satu (1) melambangkan nada do
Angka dua (2) melambangkan nada re
Angka tiga (3) melambangkan nada mi
Angka empat (4) melambangkan nada fa
Angka lima (5) melambangkan nada sol
Angka enam (6) melambangkan la
Angka tujuh (7) melambangkan si
2.      Melodi
            Melodi adalah beberapa rangkaian nada yang dibunyikan secara berurutan jumlah nada tidak tertentu ada yang panjang ada yang pendek.[14] Melodi adalah nada-nada yang disusun secara horizontal dengan lompatan (interval) tertentu. Melodi inilah yang kemudian menjadi kalimat lagu dan terdiri dari frase-frase serta tema tertentu. Deretan melodi kemudian menjadi lagu.[15]
3.      Melodi
            Melodi merupakan serangkaian nada-nada yang bervariasi pitch dan durasinya yang membentuk suatu ide musikal yang terdengar menyenangkan. Nada-nada tersebut disusu dengan pola yakni adanya permulaan dan pengakhiran  yang mengandung suatu rasa dari arah, bentuk dan kesinambungannya.[16]
            Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa melodi adalah suatu rangkaian nada yang terbentuk dari perubahan-perubahan tangga nada dalam kaitannnya dengan irama, tempo, bentuk dan sebaginya.
4.      Irama
            Irama adalah urutan rangkaian gerak yang menjadi unsur dasar musik dari tari (jumalus, 1989). M. Soekarno (1986) menyatakan irama sebagai gerak yang teratur, dimana irama selalu mengikuti jalan melodi. Akan tetapi irama akan tetap berjalan walaupun melodi berhenti, sampai lagu berhenti.[17]
Adapun pola irama adalah sekelompok bunyi dengan susunan tertentu dalam satu atau beberapa yang birama yang muncul secara berulang-ulang dan teratur dalam sebuah lagu. Beberapa pola irama adalah sebagia berikut:
a.       Pola irama rata : merupakan pola irama dengan pembagian yang rata (sama atas pulsa).
b.      Pola irama tidak rata: merupakan pola irama yang pembagian antara pola dengan pulsa tidak sama.
c.       Pola sincope; terjadi apabila aksen kuat pindakan dari pulsa yang seharusnya mendapat tekanan ke pulsa yang seharusnya tidak mendapat tekanan.
d.      Pola suku bangsa; merupakan ciri khas yang berakiatan dengan irama musik yang digunakan oleh suku, daerah atau bangsa. Misalnya: irama melayu, india, latin, arab, tanggo dan sebagainya.
e.       Pola ostinato; merupakan pola irama yang dinyayikan berulang-ulang. Jika ebih dari satu macam disebut ostinati.
f.       Polirotmik; menggunakan bermacam polairama secara serentak.
g.      Polimerik : penggunaan pola irama yang berbeda antara satu instrumen dengan instrumen lainnya.[18]
Jadi, pola irama yaitu panjang pendeknya bunyi yang dapat dihitung dengan ketukan.




[1]Rizta Noor Annisa, Pengembangan Modul Pembelajaran Dekoratif Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan Untuk Siswa Kelas V SD,( Yogyakarta: Universitas NegeriYogyakarta,2016), hal. 9
[2]Rizta Noor Annisa, Pengembangan Modul Pembelajaran Dekoratif,….hal. 9-10
[3]Rizta Noor Annisa, Pengembangan Modul Pembelajaran Dekoratif,….hal. 11
[4]Amirna Tita Listiana, Objek Binatang Dalam Lukisan Dekoratif Ornamentik, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2013), hal. 23
[5]Ayu Kartini, Analisis Penerapan Ornamen Bernuansa Melayu Ditinjau Dari Bentuk Dan Warna Di Kota Medan, (Medan: Universitas Negri Medan, 2014), hal. 9
[6]Ayu Kartini, Analisis Penerapan Ornamen Bernuansa Melayu,….hal. 34-40
                [7] Choirulnisah Trisnayanti, Studi Bentuk Dan Makna Relief Candi Sojiwan, (Surakarta: Intitut Seni Indonesia, 2015), hal. 9
                [8] Choirulnisah Trisnayanti, Studi Bentuk Dan Makna Relief Candi Sojiwan,….hal. 12
                [9] Choirulnisah Trisnayanti, Studi Bentuk Dan Makna Relief Candi Sojiwan,….hal. 13
                [10] Choirulnisah Trisnayanti, Studi Bentuk Dan Makna Relief Candi Sojiwan,….hal. 13
                [11]Dra Yati Priyati, Belajar Seni Budaya, (Jakarta : ganeca exact, 2007), hal 24-26.
                [12] http;//mmfsongs.blogspot.co.id2012/12/pengertian-nada-melodi-irama-tangga nada- html. Muhammad muchlis faturrozi. Di unduh tanggal 16 februari 2018, jam 13:12.
                [13]Dra Yati Priyati, Belajar Seni Budaya,  . . . . hal 28-29.
                [14]Dra Yati Priyati, Belajar Seni Budaya, . . . . hal 29.
                [15]Indahretno Arumsari, www. Kompasian.com/indah88/irama-dan-melodi-5500618aa333119f6f510d12. Di unduh tanggal 16 februari 2018, jam  08:20
                [16]Dra. Widia Pekerti, M. Pd,dkk,  Metode Pengembangan Seni, (Tangerang Selatan : Pekerti, 2014). Hal.5.24.
                [17]Indahretno Arumsari, www. Kompasian.com/indah88/irama-dan-melodi-5500618aa333119f6f510d12. Di unduh tanggal 16 februari 2018, jam  08:20
                [18]Indahretno arumsari, www. Kompasian.com/indah88/irama-dan-melodi-5500618aa333119f6f510d12. Di unduh tanggal 16 februari 2018, jam  08:20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

cooveratif learning oleh Ahmad Noor Fatirul, Drs. ST. M.Pd.

COOPERATIVE LEARNING Oleh Ahmad Noor Fatirul, Drs. ST. M.Pd. A.   Pendahuluan Sebagai sebuah model pengajaran, pembelajaran koope...